Tulisan tutorial ini disadur dan dikompilasi dari berbagai sumber (buku panduan menulis, majalah, situs atau blog pribadi para penulis, hingga beberapa sumbangan tulisan), dengan sedikit tambahan dan revisi di sana-sini. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada para penulis aslinya, tulisan ini semata-mata dimaksudkan untuk memotivasi para penulis pemula yang berkeinginan menekuni dunia tulis menulis secara profesional. Tanpa maksud komersial, tulisan ini murni mengemban misi informatif untuk semata-mata membagi ilmu dan informasi dunia tulis menulis kepada semua orang. Bukankah ilmu akan lebih bermanfaat bila dibagikan serta disebarluaskan kepada semua orang secara cuma-cuma ?
MEMBIASAKAN DIRI MENULIS
Tentu saja Anda dapat menulis di mana saja. Ciptakanlah suasana nyaman di sekitar tempat Anda menulis sehingga Anda merasa betah berlama-lama bekerja. Menulis sesungguhnya sama saja dengan mengerjakan pekerjaan lain. Diperlukan konsentrasi dan stimulus lain supaya kita dapat menghasilkan “output” yang baik. Salah satu keleluasaan yang Anda miliki jika melakukan pekerjaan menulis adalah waktunya bisa kapan saja. Banyak orang merasa tenang bila menulis setelah lewat tengah malam. Sepi katanya. Tetapi banyak pula orang yang suka menulis pada pagi hari, segar, alasannya. Meskipun sangat bebas, sebaiknya Anda mendisiplinkan diri dalam menulis. Ada beberapa batasan yang dapat Anda pakai guna menjaga produktivitas dan memelihara semangat menulis. Berilah target kepada diri sendiri berapa halaman tulisan yang harus Anda selesaikan dalam sehari-semalam. Atau patoklah berapa jam Anda mesti bekerja dalam seminggu. Dengan demikian Anda sudah belajar menjadi profesional. Menulis di luar ruangan bisa menjadi sensasi yang sangat menyenangkan. Cobalah menulis di taman atau lokasi alam terbuka lain. Kesannya bisa sangat berbeda dan amat mencerahkan, terlebih-lebih pada saat cuaca memang sedang nyaman-nyamannya (pagi atau petang). Ditemani makanan kecil atau minuman kesukaan Anda pasti setuju bahwa pekerjaan menulis menjadi betul-betul menggairahkan. Ada orang yang dapat menulis dalam segala suasana, namun banyak penulis yang mensyaratkan berada dalam keheningan agar dapat menulis dengan tenang. Ada penulis yang selalu menyetel radio atau tape bahkan menghidupkan bila sedang bekerja. Masing-masing pribadi memiliki kebiasaannya sendiri. Beberapa penulis pemula dalam menyelesaikan karyanya biasa tergantung pada “mood” atau suasana hati. Ini kebenaran yang tidak dapat dibantah, namun bila Anda telah mencapai tahap profesional, “mood” harus dapat Anda timbulkan setiap saat Anda mau menulis. Pekerja jurnalistik sering kali dikejar deadline atau tenggat waktu, yaitu batas waktu terakhir suatu tulisan harus masuk untuk naik cetak. Sebagai profesional Anda perlu mempersiapkan diri mengatasi tenggat waktu ini. Dalam kondisi terdesak pun Anda harus sanggup menulis dengan baik tanpa harus panik. Menjadi penulis adalah sebuah pilihan serius. Sama seperti pekerjaan lain, untuk berhasil, Anda dituntut memiliki integritas penuh dan komitmen seutuhnya terhadap pekerjaan.
TULISAN SEBAGAI EKSPRESI JIWA
Salah satu fungsi tulisan yang terutama dan terpenting adalah menyampaikan gagasan, pikiran dan isi hati. Berbeda dengan berbicara, menulis memungkinkan kita memikirkan, merenungkan, dan menimbang-nimbang terlebih dahulu atas apa yang mau kita tulis. Ini sebabnya mengapa tulisan ditafsirkan lebih mengandung kedalaman daripada ucapan. Tulisan yang baik memang hasil kontemplasi (=perenungan) mendalam dan meluas. Orang tidak akan dan tak bisa menulis sesuatu yang tidak dipikirkannya terlebih dahulu. Selama berpikir, seseorang pun biasa mengembangkan imajinasinya serta mengait-ngaitkan apa yang akan ditulisnya dengan berbagai aspek, sehingga suatu hasil tulis mencerminkan bukan hanya pikiran, melainkan juga sikap dan sifat penulisnya. Tulisan jelas lebih kompleks dari sekedar kata-kata yang diucapkan karena merupakan hasil olah otak dalam waktu relatif lebih lama daripada bila berkata-kata. Jika dalam berbicara orang sering memaki-maki, dalam tulisan, kata-kata kasar muncul hanya apabila memang dianggap pantas.
MEMILIH TEMA TULISAN
Untuk belajar menjadi penulis, Anda dapat memulai dengan tema (atau lebih tepatnya sub tema) apa saja yang paling Anda suka. Jika Anda seorang pelajar, tak ada salahnya memulai menulis tentang tema cinta. Andaikata Anda mahasiswa fakultas ekonomi, Anda dapat menulis tentang strategi dan taktik pemasaran produk tertentu. Kalau Anda seorang karyawan, mengapa tidak memulai menulis mengenai ikan hias, bos yang pemarah atau kucing yang jatuh cinta di atap rumah ? Mereka yang gemar sepakbola silahkan iseng-iseng menulis analisis suatu (bakal pertandingan) atau bakal suatu novel yang bercerita tentang suka duka dan seluk beluk dunia sepakbola dan segala kontroversinya, pasti bakal seru, karena kayaknya belum ada tuh yang nulis novel tentang ini. Anda guru atau dosen ? Tulislah cerita tentang perilaku anak-anak didik Anda, hal ini yang pernah dilakukan oleh penulis cerita anak-anak terkenal dari Inggris, Enid Blyton yang terkenal dengan karya-karyanya yang terkenal, khususnya “The Famous Five” (Lima Sekawan). Bagi ibu-ibu rumah tangga, silahkan menulis mulai dari cara mengarahkan anak agar mau belajar tertib, taktik menghadapi tetangga yang banyak mulut, teknik menaklukkan suami atau menulis novel yang mengulas tentang kehidupan ibu-ibu di kampung (meniru-niru serial televisi “Desperate House Wife”). Mungkin lebih baik menulis karangan pendek dengan tema sederhana dulu sebelum menggarap tulisan panjang dengan tema lebih kompleks. Menulis suatu topik secara detil lebih mudah daripada mengait-ngaitkan topik tersebut dengan hal-hal lain. Supaya tulisan Anda menjadi istimewa, Anda pun perlu mengembangkan tema dengan cara dan pemikiran berbeda dari orang lain. Jika “orang miskin” selama ini diwakili dalam banyak tulisan oleh tukang becak, Anda perlu menemukan kemiskinan dalam wajah lain bila akan menggubah tema “miskin”. Anda bisa menulis bahwa orang kaya yang telah pensiun pun sesungguhnya sangat “miskin”, bahkan suatu kali untuk membeli roti saja ia harus meminta uang dari anak-anaknya yang mewarisi kekayaannya. Tema pun dapat Anda dekati secara kontradiktif. Contohnya, tema cinta yang sudah sangat sering digarap orang, dapat Anda sorot dari sudut pandang baru yang kontroversial. Cinta katanya indah, Nah, Anda carilah celah untuk membantahnya, sehingga cinta tak tampak indah semata-mata, melainkan juga gombal, penuh intrik dan jorok. Toh, tema Anda tidak bergeser dari cinta, bukan ?
ANEKA TEMA MENARIK UNTUK TULISAN KITA
Novel-novel dewasa ini banyak mencoba mengolah tema-tema yang lain dari biasanya guna menarik minat baca orang. Tema drama rumah tangga dianggap sudah menjenuhkan, sehingga pengarang kreatif berpaling mengembangkan tema-tema yang unik dan bahkan aneh. Beberapa tema yang menarik yang bisa dijadikan ide penulisan, antara lain :
1. Alien. Suatu ketika, setelah orang jenuh menulis tentang flora dan fauna atau kehidupan dan penghidupan manusia di bumi, tiba-tiba ada penulis yang mulai menggarap tema ruang angkasa serta tentang kemungkinan munculnya alien (makhluk asing) yang berkepala besar dan berwarna hijau. Alien digambarkan ada yang baik dan ada yang jahat. Alien baik ingin bersahabat dengan manusia, sedangkan alien jahat dilukiskan berhasrat menaklukkan bumi. Lantas manusiapun bersatu memerangi alien jahat dan seterusnya.
2. Romansa perang. Tema cinta, persahabatan, atau perjuangan yang mengambil latar belakang sejarah perang dunia II cukup banyak digarap. Asmara dipertentangkan dengan heroisme cinta tanah air. Kemudian kisah dipelintir menjadi happy ending bersamaan dengan selesainya perang.
3. Paham-paham ekstrem. Liberalisme, komunisme, dan atheisme pun pernah menjadi bagian dari tema saat paham-paham tersebut secara dominan mengkooptasi kehidupan manusia. Tetapi penggarapan tema yang mengacu kepada pembeberan paham tertentu harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak menjadi propaganda. Anda pun perlu pandai-pandai membaca situasi politik sebelum menyinggung suatu paham dalam karya Anda. Ingat, paham komunisme dilarang di Indonesia, sehingga kalau diadopsi menjadi tema bakal menimbulkan masalah.
4. Tokoh eksentrik. Banyak novel bagus menokohkan seseorang yang hidup eksentrik. Contohnya : bahwa tokoh tersebut adalah seorang kanibal, maniak atau pembunuh berantai. Anda pun boleh mencoba menciptakan tokoh imajinatif (seperti Batman yang populer lewat komik) untuk mendukung penyampaian tema.
5. Cerita rakyat. Cerita rakyat atau dongeng fantastis tak ketinggalan muncul sebagai tema besar. Ternyata apabila dikerjakan dengan bagus, cerita rakyat dan dongeng bisa tampil menjadi kisah hebat pula. Contoh : Yeti manusia raksasa yang konon hidup di pegunungan Himalaya atau naga di Danau Lochness di Eropa.
6. Fabel. George Orwell pernah menampilkan setting kehidupan hewan (atau apa yang selama ini dikenal sebagai cerita fabel yaitu cerita yang menokohkan binatang) dalam karyanya yang cukup ternama “Animal Farm”. Kisah dalam film kartun “Ice Age” pun merupakan fabel yang sangat berhasil. Manusia dapat bercermin dari fabel yang tak lain tak bukan adalah replika hidupnya sendiri.
7. Hantu atau horor. Ingat hanti pasti ingat film “Hantu Jeruk Purut”, bukan ? Cerita film seperti itu bisa berasal dari kisah kejadian nyata, urban legend ataupun berangkat dari sebuah karya tulis (novel). Atau memang khusus karya tulisan skenario (memang dibuat untuk difilmkan). Tema hantu atau horor sebaiknya digarap tanpa sama sekali melupakan akal sehat, sehingga tidak menjadi terlalu khayal (yang terkadang malah mengundang gelak tawa).
8.Metro Life atau Urban Sensation. Karena sasaran pembaca yang dituju adalah para warga kota, tak heran tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan dalam kota besar timbul ke permukaan. Gaya hidup urban atau kota nan gemerlap dan ikon yang berhubungan dengan kasak-kusuk kehidupan metropolitan, seperti laptop, cafe, internet, seks bebas, dsb pun mengemuka. Anda berada pada suatu titik waktu dan menjadi milik zaman yang bersangkutan.
9. Teenlit. Terakhir kita mengenal teenlit (teenagers literature) yang mengupas habis tema-tema seputar kehidupan remaja. Cinta sudah pasti masuk sebagai menu utama subtema. Kemudian ada pula sub-tema khas anak muda, seperti : pencarian diri, mode, persahabatan, perseteruan antar kelompok, kehidupan seputar sekolah atau kampus, hingga soal jerawat.
10. Seks. Seks pun menjadi sub-tema yang paling diminati pengarang dan pembaca. Seolah-olah tiada karya tanpa pembicaraan tentang seks. Dalam khasanah karya tulis fiksi Indonesia, seks akhir-akhir ini sangat gamblang ditonjolkan dalam tulisan-tulisan karya novel ataupun cerita pendek di koran-koran. Bila tergelincir sedikit saja maka karya-karya seperti itu tidak ada bedanya dengan stensilan porno yang akhir-akhir ini juga cukup marak beredar di kota-kota besar (Jakarta, Surabaya). Penggambaran secara detil tentang alat kelamin dan hubungan intim (yang dulu dianggap sangat tabu) sekarang justru diumbar oleh pengarang buku novel maupun cerpen yang secara kebetulan justru ditulis oleh para penulis wanita negeri ini. Sepertinya justru hampir tidak ada penulis novel pria yang menulis atau menyisipkan bumbu cerita cabul dalam karya novelnya. Entah hal ini sebagai gejala semakin liberalnya budaya di negeri ini ataukah pertanda bangkitnya emansipasi wanita yang justru malah salah kaprah malah mencoreng muka sendiri dengan mengumbar hal-hal yang tabu dalam bentuk tulisan ?
Tema-tema baru senantiasa bisa digali sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Banyak penulis besar menulis mengikuti insting atau nalurinya semata-mata. Barulah setelah tulisannya selesai, pembaca atau kritikus ramai-ramai mempersoalkan tema karya tersebut, padahal penulisnya tak pernah merencanakan dan mengarahkan buah penanya pada suatu tema eksklusif. Jadi kalau Anda punya peluang menulis bebas, jangan risau soal tema. Curahkan saja apa yang ada dalam benak Anda. Sebaliknya, ada kalanya memang Anda harus menulis dengan mengikuti panduan tema tertentu. Berusahalah fokus pada tema tertentu dalam karangan pendek. Ketika tulisan Anda mulai memanjang, biasanya tema pun dengan sendirinya ikut tertarik melebar.
JENIS KARYA TULIS
Menilik dari panjang pendeknya, sebuah tulisan atau karya tulis dapat dibagi menjadi karangan pendek atau karangan panjang (buku). Logisnya Anda dianjurkan menulis dalam format pendek dulu sebelum mencoba menulis buku. Bukannya meremehkan kemampuan Anda, tetapi cuma menunjukkan jalan yang biasa dilalui orang pada umumnya. Pendek atau panjangnya sebuah tulisan sangat relatif ukurannya. Cerita pendek, sebagai contoh, ada yang hanya terdiri atas tak lebih dari 5000 karakter termasuk spasi (kira-kira 3 halaman kuarto ketik berhuruf ukuran 14 points dan berspasi tunggal), tetapi ada yang panjangnya 10 atau 20 kali lipat dari itu. Lantas orang mulai memakai tema sebagai ukuran, yaitu bahwa cerita pendek cuma mengisahkan sepenggal kehidupan tokohnya. Namun batasan terakhir ini pun tidak selalu dapat mengikat. Bagaimanapun juga Anda perlu mengambil ancang-ancang menentukan panjang tulisan yang hendak Anda hasilkan. Katakanlah, artikel yang dibuat untuk dikirim kepada surat kabar atau majalah, ketentuan panjang tulisan bisa sangat mengikat. Bukan apa-apa, penerbitan pun perlu mengatur setiap tulisan sehingga panjangnya pas mengisi halaman yang tersedia. Beberapa acuan berikut bisa menjadi pegangan Anda dalam memperhitungkan panjang tulisan :
1. Karakter huruf sebagai ukuran.
Karakter atau huruf menjadi patokan terpenting dan terakurat dalam membicarakan atau menentukan panjang tulisan. Tulisan yang pas untuk mengisi satu halaman majalah berukuran kuarto adalah kira-kira 4000 karakter (termasuk spasi antar kata yang dihitung 1 karakter). Artikel populer yang ditulis untuk surat kabar lazimnya terdiri atas 5000-7000 karakter (termasuk spasi antar kata). Satu halaman buku saku (pocket book) normalnya terdiri atas sekitar 1500 karakter.
2. Kata sebagai parameter.
Kata bisa juga dipakai sebagai penentu panjang tulisan walaupun tidak seakurat penghitungan berdasarkan karakter huruf, sebab ada kata yang terdiri atas sedikit karakter dan ada kata yang terdiri atas banyak karakter. Dalam bahasa Indonesia, misalnya kata “ia” hanya terdiri atas 2 karakter, sedangkan kata “mempertanggungjawabkan” terdiri atas 22 karakter. Tetapi keduanya masing-masing dianggap satu kata.
3. Panjang tulisan berdasarkan halaman.
Buku serius lazimnya memiliki jumlah halaman lebih dari 100 lembar (50 halaman bolak-balik). Tetapi sesungguhnya jumlah halaman tak dapat dipakai sebagai patokan untuk menilai mutu sebuah buku. Novel “Peace and War” karya Leo Tolstoy terdiri atas lebih kurang 1000 halaman bila dicetak dalam format buku. Contoh tersebut hanya sebagai motivasi bagi Anda yang ingin menulis secara serius. Mulailah menulis artikel, berita, atau cerita pendek singkat sepanjang beberapa halaman.
4. Buku dalam beberapa jilid.
Cerita silat terkenal panjang. Kalau cuma terdiri atas 30 jilid, sebuah judul cerita silat dianggap lumrah saja. Ensiklopedi terdiri atas banyak jilid, namun ditulis oleh banyak orang pula. Dalam hal ini sebetulnya Anda tidak ditantang untuk menulis dalam beberapa jilid buku, tetapi didorong untuk menulis dengan bagus.
MEMULAI MENULIS SUATU TULISAN
Semua orang tahu bahwa kisah Harry Potter yang ditulis J.K. Rowling dan menjadi karya best seller dunia itu hanya khayalan semata. Ternyata mutu karya tulis tidak ditentukan oleh apakah ia kisah nyata atau khayalan. Fakta atau fiksi, keduanya sama-sama bisa menjadi karya tulis nomor satu. Modal apa yang perlu dimiliki seseorang untuk menjadi penulis cerita atau buku imajinasi atau fiksi jempolan (dalam arti bakal disukai banyak pembaca alias berpotensi menjadi best seller).
1. Buat jalinan cerita yang kompleks.
Kata pepatah “sudah kepalang basah, ya, mandi saja sekalian !” Namanyajuga menulis cerita khayalan, rekaan, alias fiksi, ya, tak ada larangan mengarang jalan cerita yang aneh-aneh. Tonton saja banyak-banyak telenovela, sinetron atau drama seri serta FTV di pesawat televisi maupun DVD. Begitu banyak ide cerita yang bisa digali untuk kemudian dikompilasi menjadi suatu cerita baru yang sama sekali berbeda. Plagiat sah-sah saja kalau kita menggabungkan berbagai ide cerita dari, misalnya, 50 macam cerita mini seri yang pernah kita tonton menjadi satu cerita yang sama sekali baru dengan penambahan atau revisi di sana-sini. Namun memang akan lebih baik bila ide cerita yang kita tulis sama sekali baru dan bukan sekedar mengekor dari berbagai ide cerita yang pernah ada.
2. Ciptakan tokoh berkarakter kuat.
Tokoh cerita rekaan mestilah memiliki karakter kuat. Kalau jahat, ya, dibuat jahat sekali, sedangkan kalau baik ya, dilukiskan sangat baik. Usahakan mengikuti keyakinan masyarakat umum atau sama sekali menabraknya (biar jadi cerita kontroversial). Jangan tanggung-tanggung jangan setengah-setengah. Fiksi atau cerita rekaan didefinisikan sebagai cerita yang diciptakan dan dikarang oleh penulis, termasuk fiksi ilmiah, dongeng imajinatif, novel picisan dan naskah telenovela.
3. Hadirkan kejutan tak terduga.
Dalam cerita rekaan, tokoh yang sudah “mati” tiba-tiba bisa saja diceritakan hidup kembali. Utarakanlah saja pembenaran-pembenaran (argumen yang masuk akal), misalnya ketika terjatuh ke dalam jurang, sang tokoh tersangkut pada cabang sebuah pohon. Ia kemudian ditemukan dan diselamatkan seorang pertapa tua dan dirawat. Eh, ternyata pertapa tua itu adalah…tidak lain tidak bukan ternyata kakek buyutnya !
4. Gunakan gaya bahasa yang istimewa.
Kalau cerita tak membuat perbedaan berarti, giliran bahasa yang memegang peranan dalam menentukan mengapa suatu karya tulis dapat dinilai lebih baik atau lebih jelek daripada karya lain. Penulis harus memiliki kepekaan bahasa istimewa dan mahir menggunakan bahasa dalam mewujudkan karyanya, termasuk sampai perkara-perkara paling kecil, seperti menyiasati tanda baca. Anda sangat dianjurkan terus menerus memperdalam kemampuan bahasa Anda. Rajin membaca karya tulis bermutu dapat mengasah ketajaman bahasa Anda, sekaligus pula bisa memperdalam kemampuan daya ungkap Anda dengan menggunakan bahasa. Makanya banyak-banyaklah membaca !
5. Kenali calon pembaca karya Anda.
Tentu Anda tidak akan menulis mengenai arwah penasaran atau memasukkan bumbu seks dalam cerita fiksi anak-anak, bukan ? Ya, biarpun namanya cerita khayalan, penulis perlu memiliki tanggung jawab moral untuk tidak sembarangan mengumbar imajinasinya. Seorang penulis wajib mengetahui siapa kira-kira calon pembacanya dalam hal usia, jenis kelamin, serta budaya.
Bagi beberapa orang, mengarang cerita rekaan ini lebih menyenangkan daripada menulis laporan, atau opini yang harus memperhatikan fakta dan teori. Sebaliknya, bagi beberapa orang lain, menulis fiksi sama sekali tidak menarik. Anda termasuk golongan yang mana ?
Salah satu pertanyaan yang sering muncul berbunyi, “Apakah seseorang harus belajar mulai dari menulis fiksi atau menulis fakta ? Tidak ada jawaban yang pasti terhadap pertanyaan ini, Pada kenyataannya memang banyak wartawan yang belakangan menulis novel, tetapi seorang penulis dongeng anak-anak pun sebetulnya sanggup menulis berita dengan baik, bila kemudian suatu kali diminta. Mohon dicatat bahwa hasil ramuan kombinasi antara fakta dan fiksi tetap menjadi fiksi ! Tidak dibenarkan mengarang cerita rekaan tetapi menyebutnya kebenaran faktual walaupun cerita tersebut ditulis berdasarkan inspirasi dari suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi. Banyak roman rekaan ditulis dengan mengambil beberapa bagian true story (kisah nyata) sebagai load (pedoman) atau latar waktu. Anda bisa mengarang fiksi setelah menyaksikan atau mengalami suatu peristiwa. Perang kemerdekaan (1945-an), tumbangnya menara kembar World Trade Center di New York 11 September 2001 atau bencana tsunami di Aceh (26 Desember 2004) mengilhami banyak cerita fiksi. Benar, banyak cerita rekaan dihasilkan dengan mengambil latar belakang sejarah. Sejarahnya sendiri tentu merupakan fakta, sedangkan cerita yang diilhaminya harus tetap disebut fiksi. Perang Dunia II pun banyak membuahkan lahirnya novel dan roman, mulai dari yang bertema detektif, spionase, sinis, lucu sampai percintaan. Pernah dengar tentang buku berjudul The Diary of Young Girl ? Ini adalah kumpulan tulisan yang diolah dari catatan harian Anne Frank (1929-1945), seorang gadis kecil Yahudi yang bersembunyi selama 2 tahun menghindari kejaran tentara NAZI Jerman. Buku harian Anne Frank ditemukan pertama kali pada tahun 1947 dua tahun setelah Anne Frank dieksekusi NAZI. Ada beberapa versi mengenai hal ini, ada sebuah versi yang mengatakan bahwa Anne Frank meninggal karena demam akibat terkena wabah kolera disentri saat musim salju yang dingin, namun ada pula yang mengatakan bahwa ia mati dieksekusi. The Diary of a Young Girl dapat dianggap karya faktual historis hanya untuk bagian yang merupakan kutipan langsung dari catatan harian Anne Frank.
Dengan pengetahuan tentang elemen-elemen dasar dan semangat yang berkobar dan setumpuk kesabaran, tidak terlalu sulit bagi Anda untuk menulis sebuah cerita (baik cerpen maupun novel). Tidak ada yang memaksa Anda untuk menulis. Anda menulis karena hanya Anda yang bisa menuliskan cerita yang ada di alam pikiran Anda. Tapi, bagaimana cara menulis cerita yang hebat ? Apa saja yang harus diperhatikan untuk menulis cerita fiksi (cerpen maupun novel) ?
1. Bacalah.
Membaca sangat penting bagi setiap orang yang ingin menulis. Demi meningkatkan kemampuan menulis cerita, Anda mula-mula harus banyak membaca. Ini bukan hanya memberi motivasi dan inspirasi kepada Anda, tetapi juga membantu Anda memahami bagaimana penulis lain memikat pembaca dan bagaimana mereka menerapkan gaya mereka. Dari sana, Anda membangun gaya bertutur Anda sendiri.
2. Mendapatkan ilham.
Bagi para penulis yang sudah jago, ilham tampaknya datang begitu saja setiap saat. Bagi penulis baru ? Jangan khawatir, ilham bisa didapat dimana-mana. Inspirasi bagi Anda bisa berupa sebuah benda, seseorang yang membuat Anda terkesan atau mau muntah, atau peristiwa yang tak terlupakan.
3. Rumuskan konsep cerita Anda.
Apa yang ingin Anda sampaikan ? Misalnya Anda ingin menyampaikan cerita tentang seseorang cowok yang jatuh cinta pada peri. Bagaimana mereka bisa bertemu ? Apa menariknya percintaan manusia dan peri ? Bagaimana cara cowok itu apel ? Apakah ia menceritakan kisah cintanya kepada keluarga atau teman-temannya ? Apa keajaiban-keajaiban yang dialami oleh si cowok selama berpacaran dengan peri ? Apakah ada yang sirik terhadap percintaan mereka ? Bagaimana akhir percintaan mereka ?
4.Peristiwa kunci.
Tulislah daftar peristiwa yang akan terjadi dalam cerita Anda. Tulislah karakter-karakter yang akan menghidupkan cerita. Tidak harus detil. Ini hanya sketsa kasar jalan ceritanya.
5. Pahami karakter-karakter tokoh Anda.
Menulis cerita baik cerita pendek maupun novel kira-kira sama dengan menceritakan sebuah peristiwa yang dialami “seseorang” atau “beberapa orang “. Jika Anda kenal betul dengan orang itu, cerita yang Anda buat akan meyakinkan. “Seseorang” dalam cerita Anda adalah tokoh yang Anda ciptakan. Kenali tokoh itu sedalam-dalamnya dan Anda akan bisa menuturkan cerita yang menarik tentangnya. Bikinlah tokoh Anda masuk akal tetapi menyimpan misteri.
6. Bangunlah plot yang memikat.
Dari awal, sodorkan peristiwa yang akan segera melahirkan persoalan atau konflik bagi karakter utama. Perbesar konflik selama cerita berjalan. Ini akan membuat pembaca dengan senang hati melahap cerita Anda sampai habis.
7. Tulislah cepat-cepat.
Anda harus cepat menyelesaikan cerita Anda sebelum kehilangan mood. Kalau terlalu lama manyun di satu cerita, Anda sendiri akan bosan dan kelelahan.
8. Buatlah pembukaan yang baik.
Pembukaan harus menarik karena Anda harus memikat pembaca dari awal hingga akhir cerita. Pelajari paragraf pertama dari banyak cerita yang Anda baca. Apa yang membuat Anda tertarik untuk terus membaca ? Apakah pembukaan itu menyuguhkan misteri kepada Anda atau kalimatnya bagus ? Anda juga bisa mendapatkan ilham dari kalimat pertama milik orang lain. Pilih kalimat pertama dari sebuah cerita, tutup cerita itu, lanjutkan kalimat pertama itu dengan kalimat-kalimat Anda sendiri. Lihatlah ! Anda menemukan cerita Anda sendiri. Jika cerita Anda sudah rampung, jangan lupa mengganti kalimat pertama yang Anda pinjam itu.
9. Gunakan dialog.
Dialog penting untuk menghidupkan cerita. Gunakan dialog untuk memperkuat cerita dan menghidupkan karakter. Jangan menggunakannya untuk berpanjang-panjang.
10. Edit dan Revisi.
Cerita Anda sudah selesai. Simpan barang seminggu. Tulis lagi cerita baru. Setelah kira-kira seminggu, tiba saatnya untuk mengedit cerita yang lama. Perbaiki sebagus-bagusnya cerita tersebut. Baik juga meminta teman untuk membaca cerita Anda. Mereka biasanya jeli melihat kesalahan. Tidak usah cemberut jika mereka mengkritik.
ALUR CERITA DALAM TULISAN
Jika tulisan atau novel biasa dimulai saat tokohnya remaja dan berakhir ketika sang tokoh meninggal dunia, penulis tertentu kadang-kadang memulai ceritanya sewaktu sang tokoh misalnya, sedang sekarat terbaring di tempat tidur, baru selanjutnya dikisahkan kembali pengalaman hidup tokoh pada masa silam. Cara bercerita ini dikenal sebagai mengikuti alur mundur. Di antara banyak tulisan atau buku yang berkisah dalam alur maju, sesuai pergerakan waktu, menulis dengan pola alur mundur (atau maju-mundur) mula-mula dianggap unik atau kreatif. Namun dengan semakin meningkatnya jumlah dan beragamnya karya yang ditulis beralur mundur, metode ini pun kini bukan lagi termasuk suatu inisiatif luar biasa. Teknologi tulis-menulis dengan komputer sekarang juga sangat mempermudah seorang penulis mengacak-acak tulisannya, memajukan atau memundurkan sebagian segmen isi, dan menyelipkan tambahan atau perubahan di sana-sini untuk menghasilkan karya rekaan atau fiksi kreatif. Ringkas kata, alur pada cara menulis modern melalui teknologi komputer fleksibel sekali diatur. Selama ini alur bercerita yang telah dikenal adalah :
1. Alur maju. Sesuai dengan namanya, alur maju adalah gaya bercerita yang mengalir maju berdasarkan pergerakan waktu atau mengikuti urutan terjadinya peristiwa secara logis. Umumnya penulis menerapkan alur maju dalam tulisannya.
2. Alur mundur. Bertolak belakang dengan alur maju, alur mundur mengisahkan suatu peristiwa dengan cara flash-back atau mengenang kembali. Banyak novel perang mengungkapkan riwayat masa lalu tokohnya dengan memanfaatkan teknik bercerita beralur mundur.
3. Alur maju-mundur. Sesungguhnya tak ada karya tulis yang 100% konsekuen berjalan mengikuti alur maju atau mundur, melainkan lebih banyak yang silih berganti masuk ke alur maju dan mundur. Alur pun biasanya berkaitan dengan tulisan atau buku yang isinya cukup panjang, sehingga alurnya dapat dideteksi. Karya tulis pendek hampir dapat dikatakan tidak ketat atau tidak penting dikenali alurnya.
GAYA PENULISAN YANG BISA DIPILIH
Gaya menulis dapat dibagi-bagi berdasarkan beberapa acuan titik tolak. Beberapa gaya tersebut antara lain :
1. Serius versus kocak.
Serius atau kocak di sini bisa bermakna baik integral (keseluruhan atau menyeluruh) maupun parsial (sebagian-sebagian atau per bagian). Anda pernah membaca “Don Quixote” karangan Miguel De Cervantes ? Ini adalah cerita klasik tentang kisah kocak. Sepanjang cerita berbagai pengalaman dan petualangan tokohnya membuat pembaca geli. Don Quixote digambarkan membayangkan dirinya seorang satria, padahal kenyataannya ia tak lebih dari seorang kakek peyot. Ia pun memilih seorang wanita desa berwajah buruk serta gembrot sebagai kekasih khayalan yang perlu dibelanya mati-matian. Berbeda dengan “Don Quixote”, banyak pengarang yang menyelipkan penggalan cerita lucu hanya pada beberapa segmen tulisannya. Misalnya, bahwa suatu hari tokoh salah mengenali orang atau terpeleset masuk selokan. Serius dan kocak di sini pun dapat berarti baik bahasa yang digunakan maupun situasi yang dibangun. Apabila diminta menulis pidato penerimaan tamu kehormatan, niscaya kita akan menulis dalam bahasa sopan dan serius, bukan ? “Dalam rangka menyambut….menyukseskan pembangunan seutuhnya….” Ah, pokoknya yang bagus-bagus saja kata-katanya. Bahasa yang lucu itu bagaimana ? Bahasa yang tidak umum atau bahasa yang diplesetkan bisa juga menimbulkan suatu kelucuan. Kelucuan suatu cerita bisa juga dengan menggambarkan suatu situasi yang lucu walau dengan bahasa yang serius (dengan cara ini justru suatu kelucuan bisa menjadi bertambah lucu dan mengundang tawa geli para pembaca).
2. Tokoh sebagai subyek atau obyek.
Ada penulis atau pencerita yang menulis atau menceritakan tokoh sebagai dirinya sendiri, ada pula yang menempatkan tokoh sebagai obyek cerita. Pada gaya pertama, si pencerita adalah sekaligus si aku yang menjadi tokoh cerita atau subyek yang bercerita. Pencerita atau penulis seolah-olah menuliskan pengalaman dirinya sendiri. “Aku melihatnya memandangku tanpa berkedip. Lalu aku menghampirinya. Kemudian kami saling merangkul dan berjalan beriringan menyusuri pantai yang malam itu terasa lebih sepi dari biasanya.” Pencerita pun bisa menceritakan tokoh sebagai obyek yang diceritakan atau orang lain. Dengan gaya ini, penggalan kisah di atas akan ditulis menjadi : “Aris melihat gadis itu memandangnya tanpa berkedip. Lalu dihampirinya gadis itu. Kemudian mereka saling merangkul dan berjalan beriringan menyusuri pantai yang malam itu terasa lebih sepi dari biasanya.” (Andaikan tokoh dalam kisah ini bernama Aris). Anda sudah melihat dan memahami apa yang dimaksud dengan gaya penulisan yang menganggap “tokoh sebagai subyek” dan “tokoh sebagai obyek” bukan ? Gaya manapun yang Anda pilih sama-sama bisa menjadikan suatu karya asyik dibaca, biarpun ada orang berpendapat bahwa gaya bercerita dengan menempatkan “tokoh sebagai subyek” terasa lebih emosional.
3. Kalimat pendek versus panjang.
Dalam pelatihan menulis,teristimewa kelas-kelas jurnalistik, peserta selalu diarahkan agar menulis dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek. Kalimat pendek diyakini lebih mudah dipahami daripada kalimat panjang bagi sebagian besar pembaca surat kabar. Keyakinan ini ada benarnya, tetapi tidak perlu dianut dengan terlalu taat dan ketat. Ada kalanya kita perlu memakai kalimat panjang untuk mengungkapkan sesuatu secara lebih komprehensif dan utuh. Bahkan ada penulis suka mengeksplorasi dan mengeksploitasi kalimat sehingga menjadi sangat panjang. Perhatikan perbandingan gaya penulisan berikut :
“Pak Lurah mempunyai seorang anak laki-laki. Anak itu bernama Adi. Suatu hari Adi memanjat pohon mangga. Pohon mangga itu ada di halaman rumahnya. Adi terjatuh. Ia jatuh karena tidak berhati-hati.
Paparan di atas terdiri atas 6 kalimat pendek dan masing-masing kalimat terdiri atas 2 sampai 6 patah kata. Kata-kata yang terkandung dalam keenam kalimat tersebut total berjumlah 30. Makna yang akan disampaikannya pun dapat ditulis menjadi cuma satu kalimat panjang (terangkai dari 17 patah kata) tanpa kehilangan detil yang perlu disampaikan. Tidak percaya ?
Begini : “Suatu hari Adi anak Pak Lurah memanjat pohon mangga di halaman rumahnya dan terjatuh karena tidak berhati-hati !”
Silahkan saja memilih gaya mana yang cocok dengan kepribadian Anda. Kedua gaya, baik dengan mengandalkan kalimat pendek maupun menggali kalimat panjang, sama-sama bisa , sama-sama bisa indah ; tergantung pada kemahiran kita mengolahnya. Bisa saja pula kedua gaya ini Anda pakai sekaligus bergantian.
4. Menciptakan tokoh idola.
Berita atau cerita yang menghadirkan seorang tokoh idola berkarakter terkuat biasanya lebih disenangi pembaca. Banyak pula novel bagus yang menokohkan seseorang. Tokoh biasanya digambarkan sebagai manusia istimewa atau luar biasa (dalam arti berbeda dengan orang kebanyakan, baik penampilan maupun sifatnya.) Lazimnya tokoh utama protagonis diatur supaya berada di pihak yang benar, bergaya satria dan ganteng atau cantik. Pada sisi lain, demi menonjolkan tokoh protagonis, diciptakan pula seorang tokoh antagonis yang memiliki karakter bertolak belakang (jahat, licik, dan buruk rupa).
5. Sensasi memulai dan mengakhiri.
Pengarang harus pandai-pandai mencari sensasi memulai dan mengakhiri karyanya. Untuk buku, misalnya, banyak calon pembaca meneliti sejenak halaman pertama atau terakhir sebuah buku sebelum memutuskan membacanya atau tidak. Maka apa yang Anda tulis pada halaman pertama dan terakhir, jika Anda seorang penulis buku adalah sangat menentukan. Banyak cerpen (cerita pendek) pun memancing orang meneruskan membaca dan menyuguhkan greget pada alinea pertama dan meledakkan sensasinya pada paragraf terakhir. Tapi kendali pun diminta memulai dengan kejutan dan menyimpan sensasi pada akhir tulisan, Anda tetap diingatkan supaya menjaga ritme sehingga cinta/artikel/buku yang ditulis senantiasa mengalir indah.
MELAKUKAN EDITING DAN PERIKSA ULANG TERHADAP KARYA KITA
Dalam sebuah wawancara untuk mendapatkan pekerjaan atau ketika membujuk orang yang kamu gebet untuk pertemuan pertama, atau mengirimkan tulisan ke majalah, kamu hanya memiliki satu kesempatan untuk dapet kesan pertama. Orang bilang cinta pertama sulit dilupakan, begitu juga kesan pertama. Seseorang yang dicap buruk pada pandangan pertama akan sulit untuk mengubah pikiran orang di saat-saat selanjutnya. Karena itu, tak ada pilihan lagi bagi kamu. Untuk menawarkan artikel, novel, produk atau diri sendiri, atau menawarkan apa saja, kamu perlu menunjukkan kesan pertama yang menarik. Bagaimana kamu bisa meyakinkan sebuah majalah, atau pembaca, bahwa kamu bisa menulis karya yang bagus jika kamu sudah menunjukkan banyak kesalahan pada karya kamu, situs pribadi kamu, jika kamu punya, dan pada materi promosi lainnya ? Sebagian besar pembaca dan pecinta buku akan jengkel dan malas meneruskan membaca buku atau artikel yang banyak kesalahannya. Jadi sebaiknya tampilkanlah tulisan dan diri Anda seprofesional dan sesempurna mungkin. Image diri seorang penulis dan juga karya tulisnya sangat penting dalam dunia tulis menulis profesional. Untuk memperoleh karya tulis yang tampil secara sempurna dan tidak memiliki kesalahan dalam hal penulisan, redaksional dan tata bahasa, perlu dilakukan editing dan periksa ulang berkali-kali terhadap karya kita. Walau pada akhirnya nanti, karya tulis kita itu akan dilakukan editing ulang oleh para editor majalah atau penerbit buku, namun sebaiknya naskah tulisan kita itu sudah sempurna atau paling tidak mendekati sempurna dalam arti tidak mempunyai banyak kesalahan, terutama dalam hal redaksional (tata bahasa, tidak adanya salah ketik, tanda baca, dsb). Berikut disajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan editing :
1. Nggak cuma soal salah ketik.
Editing bukan sekedar membetulkan salah ketik. Editing juga mencermati dan ngebenerin pernyataan-pernyataan yang tidak konsisten, kekaburan, kalimat-kalimat yang kaku dan tidak menarik, dan pilihan kata (diksi) yang lemah. Editing merupakan bagian yang sangat penting dari penulisan, dan inilah yang membedakan antara penulis yang baik dan penulis yang sedang-sedang saja, teledor, dan tidak peduli pada karya yang dibuatnya.
2. Periksa ejaan dan tata bahasa.
Jika kamu teledor dalam penulisan dan sering menggunakan tata bahasa yang tidak benar, ini juga akan membuat orang sulit percaya bahwa kamu bisa menulis secara baik. Dalam hal ini kita tidak bicara tentang tata bahasa baku. Sebab banyak juga novel terutama novel remaja - yang ditulis tidak dengan tata bahasa Indonesia baku, tetapi bahasa pergaulan para remaja pun memiliki aturan mainnya sendiri yang membuat bahasa tulis kamu enak dibaca, lancar dan tidak tersendat-sendat.
3. Cetaklah tulisan kamu.
Biasanya mata kamu akan lebih nyaman mengoreksi tulisan yang tercetak di kertas ketimbang jika memelototinya di layar monitor. Gunakan tinta warna merah atau hijau untuk melakukan koreksi.
4. Simpan beberapa waktu.
Simpan dulu naskah kamu beberapa waktu. Setelah itu, kamu akan lebih berjarak dari naskah tersebut dan akan membacanya lagi dengan mata yang lebih segar. Dengan jarak beberapa waktu, kamu bisa menempatkan diri sebagai pembaca dan akan lebih mudah untuk menemukan kelemahan-kelemahan tulisan yang kamu hadapi. Dan bagaimana agar menjadi lebih baik. Mungkin kamu perlu mengetatkan kalimat-kalimat yang bertele-tele atau membuang pengulangan-pengulangan informasi. Periksalah apakah kata-kata yang kamu pilih sudah tepat dan kuat. Temukan kesalahan-kesalahan yang tidak kamu sadari ketika sedang dalam proses menulis.
5. Meminta orang lain membaca.
Mintalah teman kamu membaca naskah kamu dan mintai komentarnya atas naskah tersebut. Biasanya teman kamu akan sungkan memberikan komentar-komentar kritis. Jadi yang perlu kamu minta untuk membaca naskah kamu adalah teman yang bisa memberikan komentar kritis dan tidak basa-basi.
6. Bergabunglah dengan kelompok kritis.
Kelompok seperti ini mungkin akan menjadi pencela yang menyeramkan atas naskah kamu dan naskah-naskah yang ditulis orang lain. Tapi kamu bisa mengambil manfaat dari koreksi mereka atas tulisan-tulisan yang mereka kritik. Kamu akan bisa belajar banyak dari kesalahan-kesalahan orang lain. Kamu bisa juga membentuk kelompok semacam ini secara online, atau bila kamu kesulitan, mengapa harus bingung ? Kalo kamu sudah menjadi anggota komunitas penulis “Forum Penulis Kota Malang”, sering-seringlah datang setiap hari Sabtu dan Minggu pagi pukul 10.00 WIB di ruang arsip Gedung Perpustakaan Kota Malang, di situ komunitas penulis FPKM selalu mengadakan pertemuan rutin, acara bedah buku, diskusi buku dan banyak lagi kegiatan bermanfaat yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu membahas naskah karya tulis para anggota sebelum diajukan ke penerbit atau media cetak. Jadi, tunggu apa lagi bergabunglah dengan komunitas ini, atau paling tidak kamu bisa meramaikan forum diskusi atau milis komunitas ini di internet.
7. Baca buku.
Buku-buku yang baik akan mengajarkan kepada kamu cara menyusun kalimat yang baik, cara menyampaikan informasi yang baik, dan cara menyusun cerita yang menarik. Bacalah juga buku-buku di luar genre penulisan kamu. Jika kamu berminat menulis cerita remaja, akan baik juga kamu membawa buku-buku sastra yang kamu anggap rumit, misalnya. Setidaknya kamu akan mencoba memahami kenapa buku-buku tertentu mendapat penghargaan, sedangkan buku-buku lain malah dicaci. Setiap penulis adalah orang-orang yang membuka diri terhadap segala kemungkinan. Karena setiap hari ia memahami pekerjaannya sebagai sebuah proses belajar untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
8. Sewa seorang editor atau literary agent.
Di negara-negara yang perbukuannya sudah maju, hal ini biasa dilakukan oleh penulis. Mereka membayar editor yang mereka percayai. Para editor di sana banyak juga penulis-penulis yang baik, yang memahami betul bagaimana menyusun kalimat yang baik, mana kata yang lebih kuat untuk dipilih dan dia punya kepekaan untuk menemukan kesalahan-kesalahan, ketidakkonsistenan, atau kelemahan naskah yang ada di tangannya. Di Indonesia, pekerjaan editing di penerbitan-penerbitan umumnya merosot fungsinya hanya sebagai tukang koreksi salah ketik atau salah ejaan.
9. Begitu pentingkah editing naskah ?
Ya, sebab kamu harus selalu ingat bahwa salah satu yang akan mempercepat rusaknya kredibilitas kamu adalah menghasilkan karya yang mengandung banyak kesalahan. Namun, ingat juga bahwa banyak yang bisa kamu lakukan untuk tidak membuat kesalahan-kesalahan seperti itu.
MENYIAPKAN COVER BUKU YANG MENARIK
Kata orang, jangan menilai buku dari covernya. Kata orang, jangan sampai beli kucing dalam karung (atau buku, dalam hal ini). Tapi mau bagaimana lagi ? Begitu kita sampai di toko buku, perhatian kita pasti langsung tertuju pada buku dengan cover yang paling catchy (menarik). Ini kenyataan : buku yang covernya bagus, mau gak mau punya lebih banyak kemungkinan untuk diangkat dibaca sinopsisnya, lalu akhirnya dibeli. Nah, ayo kita telusuri lebih jauh peran orang yang berupaya untuk membuat cover tersebut menjadi menarik.
Langkah-langkah desainer sampul (cover buku).
Orang yang bertanggung jawab atas desain sampul sebuah buku disebut desainer sampul. Mereka sendiri punya tahapan-tahapan khusus untuk menghasilkan cover buku yang cocok dengan isi buku tersebut dan cukup komersil untuk memikat para calon pembeli. Petama-tama, desainer sampul mendapatkan naskah buku yang akan mereka kerjakan covernya. Mereka lalu membaca naskah tersebut, untuk mendapatkan gambaran tokoh-tokohnya, terutama karakter fisik. Nah, kalau sudah, biasanya desainer sampul akan melakukan brainstorming atau proses pencarian ide. Lalu setelah ide-ide tersebut disaring, desainer sampul kemudian membuat tiga buah desain sampul, dan penerbit memilih satu diantara tiga pilihan tersebut. Baru deh, satu desain sampul terbaik ini mejeng di toko buku. Namun, pada kenyataannya, desainer sampul sering bekerja tidak melewati tahapan-tahapan tersebut. Apalagi kalau dikejar deadline. Hal ini diakui oleh Jeffri Fernando, desainer sampul GagasMedia. “Normalnya (tahapannya) memang seperti itu. Tapi kalau deadlinenya mepet, harus ada yang di-skip (dilewati). Misalnya saja, kita bisa hanya membaca sinopsis aja. Jika waktunya sudah mepet banget. Tapi kita juga harus tetap nanya ke editornya untuk mengetahui karakter tokohnya bagaimana. Biar kita bisa dapat feel-nya.” Salah satu musuh utama sewaktu membuat desain cover buku adalah minimnya inspirasi. Bete juga dong, lagi dikejar-kejar deadline, eh ide gak dateng juga. Jeffri sendiri mengaku pernah mengalami masa kering ide seperti ini. Dia berkata, “Kalau udah blank, biasanya gue nanya ke teman-teman. Kalau lagi bekerja trus blank, wah itu harus dipaksa terus.”
Pengalaman dipuji sama penulis buku terkenal.
Cerita menarik didapatkan dari Muhammad Taufik (eMTe), seorang designer grafis freelance yang sudah menangani berpuluh-puluh cover buku. Suatu waktu eMTe mendapatkan sebuket besar bunga dari Hotel Grand Hyatt Jakarta beserta kartu ucapan mungil berbunyi, “We want to congratulate you on how beautiful The Undomestic Goddes book jacket”. Ternyata, kartu tersebut dikirim oleh Sophie Kinsella dan agennya. Memang, cover The Undomestic Goddes yang asli hanya bergambar sebuah tas berisi perkakas rumah tangga. Tapi, di tangan eMTe, cover tersebut diubah menjadi gambar yang bisa membuat Sophie Kinsella, penulis buku “Confession of Shoppaholic” kagum. Rahasia eMTe dalam mengerjakan ilustrasi adalah memerhatikan jenis huruf atau font. Karena, sadar nggak sadar, jenis font juga sangat berpengaruh. Desainer cover itu memberikan contoh, misalnya, kita bikin cover untuk buku yang feminin, tapi dengan font yang di-bold, itu kan nggak pas juga. Tiap font punya mood-nya sendiri dalam pembuatan cover. Font merupakan elemen yang nggak bisa dipisahin dari pembuatan cover. Jadi unsur yang menarik juga. Bahkan ada beberapa buku yang hanya font aja.” Ilustrator freelance pemenang Adikarya IKAPI 2005 untuk kategori ilustrasi terbaik ini sangat menyukai cover-cover buku Agatha Christie bikinan Dwi Koendoro (pengarang komik strip Panji Koming). Menurutnya, nuansa detektif yang diciptakan Dwi Koendoro sangat “kena”. eMTe berkata “[Ilustrasi Dwi Koen] Agak-agak sinematografis. Kalau ngeliat covernya dia, kayak ngeliat poster film deh.
Biar tidak mirip.
Ada juga beberapa buku yang covernya dibuat oleh penulisnya sendiri. Contohnya salah satu buku wajib baca remaja cewek zaman sekarang, “Lukisan Hujan” terbitan TerrantBooks (2006) karya Sitta Karina. Desain cover yang menggambarkan cowok cewek sedang melihat hujan di balik jendela itu dibuat oleh pengarangnya sendiri, Sitta Karina. Selain ilustrasi cover, Sitta juga membuat ilustrasi dalam buku tersebut. Alasan Sitta membuat ilustrasi cover-nya sendiri adalah agar cover-nya bisa sesuai dengan apa yang benar-benar dia inginkan. Ya wajar tho, bagaimanapun juga, penulis adalah orang yang paling tahu yang terbaik untuk bukunya. Ketika ditanya, Sitta menjawab, “Aku lebih seneng kalau aku sendiri yang membuat ilustrasi cover. Aku kan juga yang nulis, biar lebih pas. Kalau ilustratornya dari luar, nanti cover-nya mirip dengan buku remaja lain. Jadi, kenapa gak cobasendiri dulu ? Itung-itung ngasah kemampuan. Sitta sendiri dari dulu memang sudah senang melukis. Mengenai teknik menggambar cover Lukisan Hujan, Sitta mengaku cukup menggunakan spidol dan tinta cina warna hitam, lalu di-scan dan diwarnai di Photoshop. Sedangkan, untuk ilustrasi dalam, dia bikin semuanya menggunakan cat air. Sama seperti ilustrator lain, Sitta juga mulai mengerjakan desain sampul bukunya jika bukunya sudah rampung, atau paling tidak sudah mulai mendapatkan gambaran jelas atas jalan ceritanya.
Ternyata memang proses pembuatan cover sebuah buku adalah proses yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Makanya, ucapan “jangan menilai buku dari sampulnya” bisa diperdebatkan tuh. Coba bayangkan novel yang sampulnya jelek banget. Bisa-bisa tidak akan dipegang sama sekali sama calon pembeli. Yah gimana mau dipegang ? Dilihat aja gak enak ! Makanya kalo kamu gape menggambar atau bikin ilustrasi kenapa gak nyoba bikin sendiri untuk cover buku kamu. Tapi kalo memang gak berbakat menggambar, ya pasrahkan semuanya pada penerbit buku yang bakal nerbitin buku kamu, OK !
MEMPUBLIKASI TULISAN
Apabila Anda berhasrat mempublikasikan tulisan, jalan yang dapat Anda tempuh adalah :
1. Mengirim artikel kepada redaksi.
Artikel pendek berupa opini atau karya ilmiah populer dapat Anda kirim kepada redaksi surat kabar atau majalah yang punya misi sesuai. Biasanya surat kabar menyediakan opini publik. Supaya dimuat antara lain tulisan Anda harus aktual dan disajikan dalam bentuk padat dengan bahasa yang enak dibaca. Tulisan Anda pun seyogyanya menyangkut kepentingan terbesar pembaca. Di samping rubrik opini, surat kabar kini juga mempunyai rubrik khusus yang dapat diisi penulis luar, misalnya : arsitektur, rumah, elektronika, telekomunikasi, otomobil, dll. Karena surat kabar adalah bacaan umum, Anda perlu menyajikan tulisan dalam gaya lebih enteng atau tidak terlalu teknis. Anda pun perlu mengenal karakter atau corak suatu surat kabar atau majalah. Artikel politik tentu tidak cocok dikirimkan ke majalah remaja. Sedangkan karangan bertema anak-anak pun tidak sesuai ditujukan ke koran serius. Sementara tulisan bersifat ilmiah berat seharusnya Anda kirimkan kepada jurnal ilmiah sejenis untuk dipublikasikan.
2. Mengirim naskah kepada penerbit.
Naskah bakal buku dapat Anda kirimkan kepada sebuah penerbit. Pilihlah penerbit yang memiliki niat menerbitkan buku bertema sesuai dengan tema naskah Anda. Penerbit pun memiliki visi dan misi sendiri-sendiri. Ada penerbit umum yang menerbitkan semua jenis buku, ada penerbit yang cuma berkonsentrasi menggarap satu kategori buku, misalnya buku pelajaran sekolah atau religius saja.
3. Mengikuti sayembara.
Karya tulis dapat Anda kirimkan kepada panitianya bila memang ditulis dalam rangka mengikuti suatu sayembara.
4. Mencetak dan menerbitkan atas biaya sendiri.
Kalau Anda punya banyak duit, tentu sanggup mencetak dan menerbitkan karya atas biaya sendiri. Ini kondisi yang sangat ideal bagi mereka yang menjadi penulis fulltime.
5. Jangan berkecil hari bila tulisan Anda tidak dimuat dan dikembalikan. Sebab, kadang-kadang meskipun tulisan Anda cukup berbobot, surat kabar atau majalah memiliki keterbatasan ruang. Coba dan coba lagi saja sambil terus memperbaiki mutu tulisan Anda serta menyesuaikannya dengan visi dan misi penerbitan bersangkutan.
TIPS MENGIRIM NASKAH ARTIKEL KE MEDIA MASSA
Sebagai penulis tentunya kita dituntut untuk selalu produktif dalam menghasilkan berbagai karya tulisan, baik itu yang berupa cerita fiksi, atau bahkan tulisan yang sifatnya informatif, seperti artikel mengenai cara berkebun, artikel resep masakan, maupun artikel mengenai segala hal yang berhubungan dengan teknologi, misalnya saja artikel tentang berbagai tips dan pembahasan mengenai software komputer terkini. Ingatlah bahwa tulisan kita bisa “dijual” dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas. Tentu kita tidak ingin bahwa tulisan dan naskah karya kita hanya menumpuk begitu saja di rumah, atau bahkan di hard disk komputer kita tanpa berdaya guna apa-apa. Buat apa produktif kalau kita tidak bisa menghasilkan “uang”, sesuatu yang bisa sekedar menjadi insentif bagi kita untuk terus berkarya. Memang segala kegiatan tulis menulis tidak sepenuhnya harus melulu bersangkut paut dengan uang, namun tentunya sebagai penulis kita juga membutuhkan penghasilan untuk dapat terus “hidup” dan “eksis” melalui tulisan-tulisan kita. Honor yang kita dapat dari menulis selanjutnya bisa kita gunakan untuk berbagai keperluan riset, misalnya, atau paling tidak untuk membiayai pengeluaran “perangko” atau untuk membiayai “ongkos mengirim artikel melalui internet di warnet”. Oleh karena itulah, sedapat mungkin setiap naskah tulisan kita hendaknya berbobot, berkualitas dan bernilai “jual” sehingga bisa layak dimuat di berbagai media massa baik lingkup nasional maupun internasional.
Karena dewasa ini dunia internet sudah begitu akrab di kalangan para penulis dan banyak membantu dalam pengiriman naskah artikel dengan biaya yang lebih murah, cepat dan efisien, maka dalam artikel tips kali ini akan dimuat beberapa alamat e-mail redaksi media massa mulai dari surat kabar, tabloid hingga majalah. Semoga alamat-alamat e-mail ini cukup berguna bagi para penulis yang ingin “mengadu nasib” mengirimkan naskah-naskah artikelnya. Naskah artikel bisa dilampirkan sebagai file attachment (file lampiran) dalam e-mail yang kita kirim ke redaksi media massa. Tentunya di e-mail yang kita kirim tersebut, sebaiknya kita berikan surat pengantar yang berisikan mengenai data pribadi kita, seperti nama, alamat, pendidikan terakhir penulis, minat dan spesialisasi penulis, nomor telepon, alamat e-mail hingga nomor rekening bank untuk menampung honor dari media massa bila tulisan kita dimuat. Biasanya kita baru akan menerima respon atau konfirmasi dimuat tidaknya karya tulis kita antara 1 hingga 2 bulan semenjak tanggal pengiriman naskah artikel.
JURUS AGAR TULISAN BISA MENEMBUS DAN DIMUAT OLEH MEDIA CETAK
Setiap orang bisa menulis. Untuk menjadi penulis yang baik, ketrampilan menulis harus terus menerus dilatih. Selanjutnya tetapkan tujuan, untuk apa menulis ? Untuk diri sendiri atau karya itu akan dipublikasikan agar dibaca banyak orang ? Supaya karya penulis bisa dipublikasikan, diperlukan jurus-jurus agar tulisan dimuat di media cetak. Apa saja ?
Faktor Teknis
1. Gagasan. Gagasan bisa datang dari mana dan kapan saja karena sesungguhnya gagasan berserakan di mana-mana. Dari pengamatan, pengalaman, membaca, dsb. Untuk itu usahakan selalu membawa alat tulis ke mana saja. Bila memperoleh gagasan apalagi dalam kondisi ide “mengalir deras”, segera tulis ide-ide pokoknya. Hal ini untuk mencegah hilangnya gagasan. Dalam keadaan demikian kadang kecepatan tangan menulis tidak bisa mengimbangi kecepatan pikiran dengan seabreg gagasan yang lalu lalang.
2. Kerangka karangan. Membuat kerangka karangan hanya untuk memudahkan penulis mengembangkan naskah. Setiap penulis mempunyai cara sendiri untuk membuat naskah, apakah membutuhkan kerangka karangan atau tidak. Tulis karangan yang disukai dan dikuasai saja karena akan lebih memudahkan penulis menuangkan gagasan secara utuh. Pengetahuan dasar penulis sering mempengaruhi mutu tulisannya.
3. Penulis spesialis/generalis. Pada awalnya mungkin penulis pemula akan membuat tulisan yang bermacam-macam seperti opini, artikel, cerpen, puisi (penulis generalis). Tetapi semakin sering menulis, pikirannya akan semakin terasah dan mutu tulisannya akan meningkat. Lama kelamaan penulis akan menemukan ciri khas, karakter dan kekuatannya sendiri, apakah lebih kuat menulis artikel, cerpen, essai, dsb. Dengan menjadi penulis spesialis, kita akan lebih cepat diakui sebagai pakar di bidang tertentu.
4. Pengiriman naskah. Ada baiknya pengiriman artikel pertama ke media dilakukan melalui pos sebagai salam perkenalan dengan menyertakan fotokopi identitas dan surat pengantar. Bila perlu, pengalaman menulis (jika sudah ada) dicantumkan untuk memperkuat pengakuan. Apabila sudah kenal redakturnya, pengiriman lewat surat elektronik (email) dapat dilakukan. Di zaman serba cepat sekarang ini, sesungguhnya tidak ada larangan mengirim artikel lewat e-mail, asalkan ada surat pengantar.
Faktor Non Teknis
1. Karakter media. Masing-masing media mempunyai karakter. Ini berlaku untuk surat kabar harian, majalah dan tabloid. Penulis perlu memperhatikan, mengetahui dan memahami karakter tulisan di media menyangkut segmen pembaca, pilihan tema dan gaya bahasa. Caranya dengan mempelajari artikel-artikel yang sudah dimuat. Contoh : Tabloid Nova dan Nakita membidik para ibu rumah tangga dan keluarga. Majalah Femina membidik para lajang dan ibu rumah tangga menengah ke atas. Gaya bahasa resmi dipakai harian Kompas karena segmen pembacanya luas (nasional). Harian Kedaulatan Rakyat dan Jawa Pos yang merupakan koran daerah menyelaraskan gaya bahasa sesuai dengan kebudayaan setempat yang kadang menyelipkan bahasa daerah setempat.
2. Kenali redakturnya. Bila memungkinkan, bicarakan dengan redaktur sebelum mengirim tulisan. Tanyakan tulisan macam apa yang layak dimuat dan tema apa yang diutamakan. Dari pembicaraan ini penulis dapat mengetahui selera redaktur terhadap naskah yang akan dimuat. Pergantian redaktur kadang mengubah selera tulisan yang dimuat.
3. Kebijaksanaan redaksional. Penulis perlu mengetahui syarat-syarat mengirim naskah seperti panjang pendek tulisan, banyaknya karakter, ketentuan spasi, dsb.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan !
1. Jangan menjiplak.
2. Jangan mengirim tulisan yang sama ke banyak media.
Buku-buku yang disarankan untuk dibaca
Among Kurnia Ebo, Menulis Nggak Perlu Bakat, MU: 3 Books, Jakarta, 2005.
Andrias Harefa, Agar menulis Mengarang Bisa Gampang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Bambang Trim, Saya Bermimpi Menulis Buku, Kolbu Publishing, Bandung, 2005.
Carmel Bird, Menulis dengan Emosi - Panduan Empatik Mengarang Fiksi, Kaifa, Bandung, 2001.
Caryn Mirriam-Goldberg, Daripada Bete Nuli Aja !, Kaifa, Bandung, 2003.
Edi Zaqeus, Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller, Gradien Book, Yogyakarta, 2005.
Hernowo, Mengikat Makna : Kiat-Kiat Ampuh untuk Melejitkan Kemauan Plus Kemampuan Membaca dan Menulis Buku, Kaifa, Bandung, 2001.
Jordan E. Ayan, Bengkel Kreativitas, Kaifa/Mizan, Bandung, 2002.
Josip Novakovich, Berguru kepada Sastrawan Dunia: Buku Wajib Menulis Fiksi, Kaifa, Bandung, 2003.
M. Arief Hakim, Kiat Menulis Artikel di Media dari Pemula Sampai Mahir, Nuansa Cendekia, Bandung, 2004.
Mark Levy, Menjadi Genius dengan Menulis, Kaifa/Mizan, Bandung.
Zaenuddin, H.M., Freelance Media - Cara Gampang Cari Uang, Milenia Populer, Jakarta, 2003.
dan lain-lain.
BACAAN ANJURAN LAINNYA
Majalah Matabaca, bulanan, Gramedia.
Majalah Bukune, Group Agromedia Pustaka.
Suplemen Ruang Baca, koran Tempo hari Minggu terakhir setiap bulan.
Pustakaloka, Kompas hari Sabtu III dan IV.
Rubrik Pustaka dan Selisik, Republika setiap hari Minggu.
Mailing List komunitas penulis yang lain :
penulisbestseller@yahoogroups.com
penulislepas@yahoogroups.com
Konsultasi (yang berhubungan dengan kepenulisan, penerbitan, dan sejenisnya):
Edy Zaqeus edzaqeus@yahoo.com atau edzaqeus@pembelajar.com
Buka Hati dan Mata
Ungkapkan dengan Kata
Kabarkan lewat Tinta
Untuk Berkarya
“Buku adalah teman yang paling setia. Dia selalu hadir saat susah dan senang. Cintai dan sayangilah dia”.
TIPS MENGIRIM NASKAH TULISAN
Sitta Karina, seorang penulis buku best seller, membagikan beberapa tips menulis dalam situsnya yaitu www.sittakarina.com. Berikut beberapa tips yang sengaja disalin dari situs tersebut untuk menambah wawasan kalian sebagai penulis.
Kalian tentu ingin mengirim naskah tulisan kalian ke penerbit, namun tidak yakin apa saja yang sebaiknya disertakan agar naskah kalian memberi kesan pertama yang OK. Agar naskah kalian memberi “first impression” yang bagus di mata Penerbit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ! Simak beberapa tips yang perlu kalian garis-bawahi berikut ini !
Dalam mengirim naskah, biasanya kalian menggunakan amplop coklat besar kan ? Nah, apa saja isi “amplop coklat” kalian ini:
1.Surat pengantar . Simpel, sopan, namun lugas. Kemukakan maksud dan tujuan kalian dengan mengirim naskah ke penerbit tersebut dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar , seperti yang diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah perihal tata-cara mengirim surat formal. (Jangan memakai kata atau sapaan Dear Pak A, Regards, Thanks, dan lain-lain).
2.Cover page. Apa itu cover page ? Kalian bisa melihat contoh cover page di www.sittakarina.com. Kebanyakan penulis di Indonesia tidak membuat ini, padahal ini adalah standar internasional dan sangat membantu si editor atau proofreader yang memeriksa naskah kalian.
3.Sinopsis . Sertakan synopsis cerita kalian; singkat, padat, jelas, dan menarik. Cukup ½ halaman kertas saja.
4.Naskah cerita . Jilid biasa (lakban hitam) yang rapi dan ikuti ketentuan penulisan sesuai yg diminta penerbit (huruf, ukurannya, spasi, dll).
5.Proposal . Isinya adalah: garis besar cerita kalian tentang apa (maks. 5 kalimat), apa selling-point dari cerita kalian ini (buat dalam bentuk poin), serta kemukakan alasan kuat kalian “kenapa penerbit harus menerbitkan naskah kalian” (cukup 1 alasan). Gaya bahasa boleh kasual, tapi harus tetap sopan ya. Contoh untuk penulisan selling-point sbb:
•Cerita saya dilatarbelakangi sejarah kerajaan Bali kuno yang digabung dengan kehidupan modern remaja masa kini. Unik, dan belum pernah ada sebelumnya di pasaran.
•Cerita saya juga bernuansa pop-culture dengan sentuhan sastra yang kini sedang digandrungi orang banyak.
•Dst.
6.Biodata singkat. Biasanya berisi: nama lengkap, alamat lengkap (+ kodepos), tempat/tanggal lahir, no. KTP/kartu pelajar, no. telpon rumah dan HP, Sekolah, minat/hobi, serta yang paling penting untuk dicantumkan—dan kalau ada—adalah prestasi yang pernah kalian raih sehubungan dengan tulis-menulis (misalnya: cerpen kalian pernah dimuat di majalah A, kalian pernah menang lomba bikin puisi atau novel di se-Jakarta Selatan, atau kalian pernah masuk 20 besar di lomba membuat fiksi remaja, dll).
7.Amplop kosong dan perangko balasan secukupnya . Apabila naskah kalian tidak diterima oleh penerbit (biasanya penerbit akan mengabari kalian paling lama dalam 3 bulan; apabila tidak, kalian dapat menelpon langsung untuk menanyakan), maka naskah tersebut tidak akan masuk tong sampah dan kembali lagi kalian… siap untuk dikirim ke penerbit lain yang—siapa tahu—akan menerimanya!
Dalam mem-print out naskah cerita kalian, jangan pernah gunakan tinta printer tipis atau yang sudah mau habis. Hal seperti itu malah akan membuat editor BT dan akhirnya malas baca naskah kalian. Beri judul cerita kalian, maksimal sampai dengan 3 judul.
Tulis-menulis juga merupakan bisnis, jadi perlakukan secara professional, OK!
Mengais Rejeki dari Dunia Penulisan*
*) Berbagai ulasan, diskusi dan uraian ini disalin dari situs www.penulislepas.com
“Bisakah mengandalkan hidup dari menulis?” Pertanyaan seperti ini kerapkali diajukan kepada orang-orang yang berprofesi sebagai penulis. Umumnya, si penanya adalah orang yang ingin terjun ke dunia penulisan, tapi masih ragu dengan potensi materi yang akan ia peroleh. Dan, menjawab pertanyaan seperti ini ternyata tidak mudah. Sebab faktanya, banyak orang yang kaya dari menulis, namun banyak pula yang sebaliknya.
Maria Adelia (17 tahun) adalah contoh sosok penulis yang sukses dari segi materi. Siapa sangka, novel “Aku VS Sepatu Hak Tinggi” yang dikirimnya secara iseng-iseng ke Penerbit Gramedia, menjadi laku keras di pasaran. “Enggak nyangka, cetakan pertamanya laku hingga 10 ribu kopi,” ujarnya, sebagaimana dikutip harian Kompas, 16 Juli 2005.
Kini, novelnya ini sudah diangkat ke layar kaca, bahkan dijadikan sinetron berseri. Tentu, royalti pun membanjiri dompet Maria Adelia. Dalam sebulan, ia mendapat penghasilan kotor sekitar Rp 5 juta!
Kisah sukses lainnya dialami oleh Yanti Puspitasari (34 tahun). Dengan menjadi penulis skenario sejumlah sinetron (antara lain Kehormatan, Bidadari, dan Perkawinan Sedarah), ia dan suaminya dapat menikmati kehidupan yang layak. Namun karena mereka bekerja di rumah, banyak tetangga yang mengira mereka pengangguran dan dituduh memelihara tuyul. Pasalnya, mereka jarang ke luar rumah, tetapi punya mobil dan materi lain yang secara kasatmata bisa dilihat sebagai kekayaan, termasuk dua rumah di Nirwana Estat, Cibinong, Bogor (Kompas, 27 November 2005).
Dari kedua cerita di atas, apakah dapat dipastikan bahwa menjadi penulis merupakan pilihan yang amat menjanjikan dari segi materi? Ternyata tidak juga. Sebagai bahan perbandingan, coba simak penuturan Fira Basuki lewat blog pribadinya. Pengarang novel laris “Jendela Jendela” ini mengeluhkan, betapa sulitnya mengandalkan penghasilan dari menulis, khususnya di Indonesia. Di Amerika, menurutnya, profesi penulis mendapat penghargaan yang sama - dari segi finansial - seperti para aktor film. Penulis skenario pun dibayar amat mahal. Selain itu, dunia penulisan pun sudah menjadi industri. Ini ditandai dengan adanya agen penulis, maraknya ghost writer(*), dan sebagainya.
Berdasarkan info dari sejumlah pengamat, memang dunia penulisan di Indonesia tidak terlalu menjanjikan dari segi materi. “Kalau di Singapura, penulis bisa jadi jutawan,” ujar sastrawan Yanusa Nugroho dalam sebuah kesempatan, tahun 2005 lalu.
Sebagai gambaran, berikut disajikan contoh kasus tentang seorang penulis yang menerbitkan dua buku yang penjualannya biasa-biasa saja.
1. Buku A
Harga jual: Rp 35.000
Royalti: 10 % dari total penjualan
Masa pembayaran royalti: 6 bulan sekali, yakni Januari dan Juli.
Selama periode Januari - Juni 2005, jumlah eksemplar buku A yang terjual adalah 600 kopi. Maka, royalti yang diterima si penulis adalah:
[ ( Rp 35.000 X 600 kopi ) x royalti 10% ] - pajak 15 persen
= Rp 1.785.000
2. Buku B
Harga jual: Rp 45.000
Royalti: 10 % dari total penjualan
Masa pembayaran royalti: 6 bulan sekali, yakni Januari dan Juli.
Selama periode Januari - Juni 2005, jumlah eksemplar buku A yang terjual adalah 1.000 kopi. Maka, royalti yang diterima si penulis adalah:
[ ( Rp 45.000 X 1.000 kopi ) x royalti 10% ] - pajak 15 persen
= Rp 3.825.000
Jadi, penghasilan si penulis selama 6 bulan dari kedua bukunya adalah Rp 5.610.000.
Dengan kata lain, penghasilan rata-ratanya perbulan adalah Rp 935.000.
Jika si penulis tinggal di Jakarta, sudah menikah dan punya dua anak, cukupkah penghasilan sebesar itu untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya?
Perlu dicatat pula, contoh di atas kebetulan menggunakan angka-angka yang cukup tinggi. Coba Anda hitung sendiri, jika buku si penulis hanya terjual 300 kopi selama 6 bulan, dan harga jualnya Rp 20.000 atau Rp 18.000 per eksemplar.
Dari gambaran di atas, kita kini memiliki gambaran, bahwa profesi penulis - secara umum - sebenarnya belum terlalu prospektif dari segi finansial. Ini adalah kondisi di Indonesia, bukan di negara-negara lain.
Memang, ada sebagian penulis yang bisa hidup berkecukupan dari menulis. Namun biasanya, orang yang bernasib seperti ini adalah:
1.Penulis yang buku-bukunya laris manis di pasaran, mungkin terjual hingga ribuan bahkan jutaan eksemplar. Bahkan pula, buku-bukunya diangkat menjadi film atau sinetron (ini sudah dialami oleh Hilman Hariwijaya).
2.Penulis skenario sinetron yang laris, karya-karyanya sering dipakai sebagai bahan cerita. Tapi sekadar info, menjadi penulis skenario sinetron kejar tayang bisa menimbulkan rasa stress tersendiri. Bagaimana tidak! Si penulis terus diburu deadline, sehingga harus sering lembur dan nyaris tak ada waktu untuk istirahat.
3.Penulis yang berwirausaha dari hobi mereka. Biasanya, potensi materi dari bidang ini cukup menjanjikan. Ada begitu banyak jenis pekerjaan yang bisa digarap; Mulai dari menjadi editor dan penerjemah freelance, mengerjakan company profile, hingga menggarap media internal bagi perusahaan besar.
4.Penulis yang telah menerbitkan puluhan buku. Mungkin hasil penjualan buku-bukunya biasa-biasa saja, sehingga royalti per buku hanya sedikit. Tapi karena ia telah menerbitkan banyak buku, total royalti yang ia peroleh per bulan bisa sangat besar.
Jika anda adalah penulis yang tidak memenuhi keempat kriteria di atas, jangan berkecil hati dulu. Tapi sebaiknya, jadikanlah menulis sebagai pekerjaan sampingan saja. Tentunya, Anda harus punya pekerjaan yang bisa diandalkan dari segi materi, misalnya menjadi karyawan pada perusahaan tertentu, atau membuka usaha di bidang lain.
Lagipula, materi atau finansial seharusnya bukanlah tujuan utama bagi seorang penulis. Ada tujuan-tujuan lain yang jauh lebih mulia. Misalnya, si penulis dapat menularkan ide, gagasan, dan prinsip hidup yang dianutnya kepada para pembaca. Jika yang “ditularkan” adalah nilai-nilai kebaikan, tentu si penulis merupakan manusia yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas.
Tentunya, setiap penulis akan senang jika ide-ide yang ia tuangkan lewat goresan penanya, diikuti dan diterapkan oleh para pembaca. Jika ini terjadi, kepuasan yang didapatkan tentu tak ternilai harganya.
Sebagai penutup, coba simak penuturan Yanusa Nugroho. Sastrawan yang satu ini punya prinsip hidup yang unik. “Saya punya dua tangan, yang kanan dan yang kiri. Tangan kanan saya gunakan untuk menulis karya sastra. Di sini, saya bebas berekspresi, tidak bisa diintervensi oleh siapa dan apapun. Dan saya tidak berorientasi uang. Sedangkan tangan kiri saya gunakan untuk mencari uang dari bidang penulisan.”
Yanusa pun menambahkan, ia pernah menjadi ghost writer untuk naskah pidato mantan Presiden BJ Habibie dan menulis naskah iklan produk-produk Netsle. Hasilnya sangat lebih dari lumayan.
Keterangan:
(*) Ghost writer adalah orang yang menulis naskah atas nama orang lain, misalnya seorang pejabat atau public figur. Si pejabat (dan sebagainya) biasanya tidak sempat menulis. Karena itu, ia menyewa orang lain (biasanya adalah orang yang sudah ia kenal dekat dan tahu persis karakter tulisan dan pola pikirnya) untuk menulis atas nama dia.
HASIL DISKUSI ONLINE MENGENAI ARTIKEL “Mengais Rejeki dari Dunia Penulisan”
A.Sudarmaji Hg Ed :
Kaya Sebagai Penulis Buku?
Tidak bisa dipungkiri pertanyaan itu memancing debat berkepanjangan.
Semua orang memiliki pengalaman, argumentasi dan sisi kebenarannya sendiri-sendiri.
Alih-alih memperpanjang debat yang selalu mendaratkan kita ke pantai pluralitas, akan lebih baik bila kita melihat sisi yang lebih mendasar bagaimana mempersiapkan diri menjadi seorang penulis sebagai karir. Bukan menulis buku karena sedang ada mood, atau pelepas kesibukan rutin. Saya yakin kita bisa kaya dari menulis buku, asal tahu rahasianya. Saya berharap gagasan sharing berikut ini bisa menambah kekayaan nuansa kita dalam tema yang amat mulia ini. Tampaknya tulisan ini akan lebih pas bagi mereka yang akan menapaki karir sebagai penulis buku. Masa depan akan lebih cerah bila sejak dini kita sudah memiliki strategi bagaimana memaksimalkan diri sebagai penulis buku (yang kaya).
So, bagaimana bisa hidup layak (baca: kaya) sebagai seorang penulis?
Saya melihat setidak-tidak ada lima poin yang bisa kita renungkan. Here we go…
1. Menemukan kekuatan/usp:
Setiap (calon) penulis pasti memiliki kekuatannya sendiri. Pendidikan, pengalaman, latihan, karir menjadi batu loncatan untuk menemukan kekuatan pribadi sebagai seorang penulis. Dari poin pertama, muncullah tuntutan mengembangkan usp.
Keberanian dan keberhasilan menampilkan genre dan tema buku yang tidak akan bisa dimasuki oleh penulis lain jelas merupakan keunggulan kompetitif tersendiri. Masalahnya bagaimana kita menemukan usp ini?
2. Mencari link optimal
3. Pandai memilih pasar yang lapar
4. Menciptakan metode penulisan instan
5. Memosisikan diri sebagai penulis generalis
Sebagai calon penulis, saya menyarankan untuk merambah dunia kepenulisan dengan memfokuskan diri sebagai penulis generalis, tidak tergesa-gesa menerjunkan diri sebagai penulis spesialis. Tahap ini bisa berfungsi untuk menajamkan indera kepenulisan, merengkuh pengalaman dan pengetahuan sebanyak-banyaknya, mendeteksi kelemahan, menghimpun preferensiu dan mengembangkan kebebasan memilih ladang berkreasi.
Jika pertanyaan apakah penulis bisa kaya muncul, saya yakin, dengan menerapkan kelima poin di atas, kekayaan (kalau memang ini tujuan kita) tidak akan sulit diraih. Selamat menemukan usp Anda dan saya tunggu buku Anda;-)
Menulis atau habis/publish or perish…
Sudarmaji
Malang
B. Shofyankhasani :
Dunia penulisan mungkin juga sama dengan dunia yang lain, apabila ditekuni tentu akan memberikan hasil yang pasti akan memuaskan . sehebat apapun kita ,dengan bidang yang kita hadapi ,apabila tidak ditekuni tentu hanya akan menjadikan sebuah profesi yang menjemukan . jadi setuju sekali dengan mas jonru . Bukankah Allah akan mengabulkan do’a hanya bagi orang-orang yang tekun..??
c. Irenia Vitrya Alyssa (http://ezha-echa.tk ) :
Sebenarnya menulis itu adalah hobby dari seseorang.. menulis itu bisa menggambarkan suasana hati seseorang, menulis cerita juga bisa menghasilkan sesuatu. akan tetapi lebih baik jangan terlalu berharap dari hasi menulis. lebih baik dijadikan sekedar hobby saja.
D.Katrin suni :
Ide yang terus berputar di kepala,sayang sekali bila tidak dituangkan
diatas kertas. Bentuk ekspresi diri yang jujur,idealisme,talenta,sekedar hobi atau apapun yang menghasilkan sebuah karya tulis berhak mendapatkan apresiasi. Seorang script writer ataupun penulis skenario drama akan merasa puas dan bangga bila karyanya dipentaskan. Seorang penulis artikel akan senang apabila tulisannya menjadi acuan bagi orang lain. Alhamdulillah, Sekarang ini ada bentuk lain apresiasi untuk para penulis,yaitu honorarium..
Mungkin kita merasa untuk para pemula atau untuk penulis tertentu nilainya tidak sebesar negara lain,terlalu sedikit untuk mengapresiasi sebuah karya.Mengapa tidak kita ciptakan sendiri? Lewat situs ini,atau melalui mas Jonru,kalau tidak kita awali,siapa lagi ?
E.Yulyanto ( http://www.yulyanto.multiply.com ) :
Menulis adalah sebuah pekerjaan profesional, artinya jika ditekuni secara “total”, pasti bisa dijadikan sebagai sandaran hidup. Sudah banyak contoh Penulis yang berhasil, seperti Pramoedya Ananta Toer. Dia hidup dan bahkan bisa kaya hanya dari tulisannya saja dan tidak ada mata pencaharian lainnya.
Nama Andrea Hirata dan Habiburahman dan juga Pak Saderi adalah motivasi bagi para penulis yang ingin menyandarkan pendapatannya dari buku, pendapatan penulis-penulis tersebut berkisar antara satu sampai tiga milyard rupiah. Luar biasa besarnya kan?
Selain itu ada Fira Basuki (pengarang brownies yang sudah di angkat dalam layar lebar) yang setiap bukunya sangat laris karena selalu “best-seller” ataukah itu Jenar Mahesa Ayu ataukah Dee - Dee Lestari yang bukunya pernah sekali cetak sampai 50.000 - 90.000 eksemplar.
Nama-nama besar para penulis tersebut bisa dijadikan patokan bagi para penulis pemula yang ingin terjun dalam dunia tulis-menulis. Pekerjaan apapun bentuknya, jika dilaksanakan secara sungguh-sungguh (jangan lupa ber-doa dan ber-ikhtiar), Insya Allah akan membawah berkah bagi pekerjanya……..
F.Ketut :
Dulu saya juga sempat bertanya seperti itu, apakah bisa mengandalkan finasial dari menulis ? Ketika pertamakali saya menekuni dunia jurnalis, saya masih tetap mengajar di sebuah PT sasta di Denpasar. Tapi karena banyak kesempatan yang saya dapatkan dari dunia kewartawanan, saya tidak bisa membagi waktu lagi mengambil dua kerjaan. Hasilnya, saya memutuskan untuk mengundurkan diri di kampus. Saya sempat berpikir dan ragu, apakah dari penghasilan sebagai wartawan cukup untuk hidup. Tapi karena saya menyukai dunia tulis menulis, saya pastikan tidak menyesal. Memang honor yang saya terima tidak seberapa, tapi saya merasa menjadi lebih bergairah dan mendapat wawasan luas setelah menjadi wartawan. Jadi saya tidak menyesal menekuni dunai jurnalis.
G.Angdaga :
Saya sangat setuju dengan pendapat saudara Shofyankhasani yang mengatakan bahwasanya suatu bidang pekerjaan, apabila ditekuni akan menghasilkan suatu keuntungan berupa materi, walaupun awalnya kita melakukannya bukan untuk itu. Sepanjang pengamatan dan pengalaman saya, orang yang mendedikasikan dirinya pada suatu bidang tertentu, hidupnya berkecukupan. Selain contoh-contoh penulis sukses yang rekan-rekan sebutkan, ada banyak contoh lain dalam bidang yang berbeda, yang bisa kita jadikan sebagai panutan. Misalnya pengalaman teman saya yang berprofesi sebagai tukang jahit pakaian.
Secara singkat saya akan menceritakan kesuksesan teman saya ini.Awalnya teman saya mendirikan usahanya dengan ala kadarnya, namun kini dirinya mampu mempekerjakan empat orang karyawan untuk membantunya. Selain itu dia sudah mampu membeli mobil dan menyewa tempat tinggal yang layak untuk dirinya sekaligus untuk menjalankan usahanya. Ketika saya menanyakan apa rahasia kesuksesannya, dia menjawab bahwa dirinya selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Walupun memberikan yang terbaik itu harus mengorbankan keuntungannya. Contohnya pernah ia mendapati pelanggannya kecewa karena hasil jahitannya tidak sesuai dengan keinginan si pelanggan (teman saya pada saat itu tidak mengikuti trend atau mode pakaian pada saat itu), padahal si pelanggan telah membayar ongkos jahitannya. Karena merasa bersalah, teman saya akhirnya bersedia mengganti hasil jahitannya tanpa si pelanggan harus membayar ongkos penggantinya termasuk kain yang dipesan pelanggannya. Pengalaman inilah yang mengajarkan teman saya ini bahwa dirinya harus selalu mengikuti trend pakaian saat ini, agar hasil jahitannya tidak monoton. Bahkan teman saya pernah membuat pakaian dengan mode hasil kreatifitasnya sendiri, dan ternyata disukai oleh pelanggannya. Ketekunannya untuk selalu kreatif dalam menjalankan usahanya inilah yang akhirnya membuat teman saya hidup berkecukupan. Begitu juga halnya dengan pekerjaan menulis, saya yakin apabila kita menekuninya dengan sungguh-sungguh dan disertai dengan kreatifitas, maka akan mendatangkan keuntungan berupa materi.
Sebagai masukan, saya pernah membaca sebuah buku mengenai tips dan trik menjadi penulis yang sukses (maaf, saya lupa nama penulisnya, penulisnya berasal dari negara Amerika serikat), penulis menemukan fakta bahwasanya manusia sangat menyukai hal-hal yang praktis (instan atau cepat) dan tidak menyukai sesuatu yang bertele-tele. Oleh sebab itu diciptakanlah teknologi-teknologi untuk mempermudah pekerjaan manusia.
Sama halnya dengan membaca buku. Hasil surveynya mengatakan bahwasanya pembaca cenderung lebih menyukai buku yang tipis walupun bersambung daripada membaca buku yang tebal tapi langsung tamat. Itu sebabnya kita sering menemukan buku berjudul sama tapi edisi-nya berbeda (ada edisi ke satu dan ada edisi ke dua, atau ada edisi pemula dan ada edisi lanjutan).
Demikianlah pendapat saya ini, apabila ada kata-kata yang saya yang salah saya mohon maaf dan kepada Allh SWT saya mohon ampun.
H. Qahar ( http://qah4r.blogspot.com ) :
Sebelum kaya, bisa menulis buku kemudian diterbitkan saja sudah senang rasanya. Mungkin, untuk seorang mahasiswa seperti saya, menulis menjadi suatu impian yang idealis. Membagi ide dan pengetahuan dengan pembaca. Membuka dan terbuka untuk menerima kritikan tentang ide-ide kita sendiri.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, bahwasanya reward berupa uang-pun sering diharapkan. Biasanya saya semakin rajin nulis, untuk di kirim ke koran meskipun jarang dimuat, kalo dah hampir akhir bulan. Saat-saat keuangan mulai menipis.
Menjadi penulis memang suatu tantangan, terlebih memberikan tulisan yang dibutuhkan oleh kondisi saat ini. Tidak hanya tantangan dalam ide tapi juga dalam diri sendiri yang kadang2 ga bisa fokus. Sementara, cukup banyak penulis yang serius namun tidak cukup mendapatkan ruang hingga dapat dibaca oleh masyarakat. Akan tetapi menurut saya, penulis tetaplah penulis. Ia kaya karena tiap susunan kata yang dituliskannya, karena sejarah akan mengenang namanya. Karena dimasa depan, sadar ataupun tidak, zaman dibentuk diatas pilar-pilar ide-nya.
I. Delzacca ( http://delryo.blogspot.com ) :
Sekarang dunia menulis bagi saya masih sebatas media menumpahkan ide-ide yang terus bermunculan manakala ada kejadian, berita atau apapun yang ‘mengganggu’ pikiran saya. Karena itu, ada orang yang sudi membaca dan mengomentarinya saja suatu kebahagiaan bagi saya. Yang berarti tulisan saya dihargai.
Tapi jika tulisan saya suatu hari nanti ada yang ‘menghargai’ dalam arti materi, tentunya saya akan lebih serius menjalaninya tidak hanya sebatas menumpahkan ide. Karena saya yakin sesuatu yang dilakukan dengan serius pasti akan mendapatkan penghargaan yang lebih.
J. bsetiawan55 ( http://360.yahoo.com/bsetiawan55 ):
Menurut saya jalan keluar dari persoalan ini adalah meningkatkan jumlah copy yang terjual. Dalam perhitungan di atas, diasumsikan hanya 500 dan 1000 copy saja.
Kalau sumber persoalannya di dalam diri kita, artinya kita harus meningkatkan kualitas tulisan kita. Atau, kita harus lebih mendekati apa yang diinginkan oleh pembaca. Dengan demikian bisa diharapkan lebih banyak lagi orang yang membeli buku tulisan kita. Bisa juga persoalannya ada di luar kendali kita. Misalnya, sudah cukup menyebarkah toko buku kita? Mal dan plaza memang dibangun di mana-mana. Tapi apakah selalu ada toko buku disana? Belum tentu. Jadi bagaimana masyarakat mau beli buku, kalau tidak ada toko buku dalam jangkauan mereka.
Saya pernah berkunjung ke kota Pekalongan yang katanya banyak menghasilkan orang pinter. Tapi saya punya kesan disana tidak banyak tersedia toko buku yang serius. Seorang penjaga satu toko buku menjelaskan bahwa ada toko buku lain di jalan Anu. Lalu saya bilang bahwa saya perlu peta kota Pekalongan supaya saya bisa mencapai toko buku lain itu. Dan ternyata peta kota pun tidak ada. Itu mengenai pasar di dalam negeri. Sebenarnya kita juga bisa menggarap pasar luar negeri. Sebagaimana diketahui di negara Malaysia, Brunei dan Singapura terdapat populasi penduduk Melayu berpenghasilan besar, dalam jumlah yang cukup banyak. Tetapi tentu bahasa yang dipakai untuk menulis harus lebih cenderung ke bahasa daerah di Sumatera, bukan cenderung ke bahasa daerah di P. Jawa. Bahasa daerah di P. Sumatera lebih mirip dengan bahasa Melayu yang dipakai di ketiga negara tetangga itu.
TATA CARA DAN PROSEDUR MENDAFTARKAN HAK CIPTA - Untuk Karya Novel dan Karya Tulis Lainnya
Sebagai seorang penulis, Anda tentu ingin agar karya tulis Anda bisa diterbitkan oleh perusahaan penerbit dan buku karya tulis Anda beredar secara luas dan dibaca oleh banyak orang serta Anda bisa memperoleh perlindungan dalam hal hak cipta. Untuk itulah Anda perlu tahu tentang bagaimana sih prosedur dan tata cara pengurusan hak cipta guna melindungi karya tulis Anda dari bahaya pembajakan. Berikut ini tulisan dari salah seorang penulis anggota Forum Penulis Kota Malang yang ingin berbagi pengalamannya dengan Anda.
Tahapan pendaftaran hak cipta:
1. Pembayaran permohonan hak cipta atas karya sebesar Rp.75.000,- melalui transfer ke no rekening BNI 19718067 a/n DITJEN HAKI. Bukti tranfernya difoto copy
2. Legalisir foto copy ktp dua lembar
3. Bila anda menggunakan nama samaran dalam karya anda sertakan surat pernyataan bahwa anda menggunakan nama samaran dan cantumkan juga nama asli anda sesuai ktp
4. Bila anda mencantumkan foto dalam karya anda sertakan surat pernyataan bahwa anda
5. Kunjungi situs www.DGIP.GO.ID klik hak cipta dan print out formulir pendaftaran lalu isi lengkap formulir (diketik)
6. Print out karya anda sebanyak dua kali ( jilid buku) dan simpan karya juga data diri anda dalam bentuk cd sebanyak dua buah cd
7. Kirimkan persyaratan dibawah ini kepada :
DITJEN HAKI (Untuk Direktur Hak Cipta)
Jl. Daan Mogot KM 24 Tanggerang 15119 Banten
Catatan : Hak cipta secara resmi baru bisa dikeluarkan setelah 9 bulan semenjak pendaftaran.
Persyaratan yang dikirimkan:
1. Foto copy transfer bukti pembayaran satu lembar
2. Legalisir foto copy ktp dua lembar
3. Surat pernyataan penggunaan nama samaran
4. Surat izin penggunaan foto (jika mencantumkan foto dalam karya anda)
5. Formulir pendaftaran rangkap dua
6. Dua lembar print out karya
7. Dua buah cd berisi file karya dan data diri anda
Tata cara penerbitan :
· Daftar karya anda ke hak cipta
· Kirimkan karya ke penerbit yang berisi:
· Print out satu lembar dan satu buah CD berisi :
1. Naskah
2. Biodata
3. Kata pengantar/special to (jika ada)
Tanya Jawab mengenai Hak Cipta*
*) Tulisan ini disadur dari situs www.dgip.go.id
Kekayaan Intelektual = Hak Cipta
Apakah Hak Cipta itu ?
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.
Apakah yang dimaksud dengan pengumuman?
Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat di baca, didengar atau dilihat orang lain.
Apakah yang dimaksud dengan perbanyakan?
Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk pengalihwujudan secara permanen atau temporer.
Apakah yang dimaksud dengan pencipta?
Yang dimaksud dengan pencipta adalah :
Seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Siapakah yang dianggap sebagai pencipta atau pemegang hak cipta terhadap suatu ciptaan?
1. Jika suatu ciptaan terdiri dari beberapa bagian tersendiri yang diciptakan dua orang atau lebih maka yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau jika tidak ada orang itu, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang menghimpunnya, dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya.
2. Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang, diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, maka penciptanya adalah orang yang merancang ciptaan itu.
3. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pembuat sebagai penciptanya apabila penggunaan ciptaan itu diperluas keluar hubungan dinas.
Ketentuan tersebut berlaku pula bagi ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.
4. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, maka pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.
5. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal daripadanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, maka badan hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika dibuktikan sebaliknya.
Apakah yang dimaksud dengan pemegang hak cipta?
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut di atas.
Apakah yang dimaksud dengan ciptaan?
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra.
Apakah suatu ciptaan perlu didaftarkan untuk memperoleh perlindungan hak cipta?
Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata.Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapatkan surat pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.
Apakah yang dimaksud dengan pelaku?
Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, foklor atau karya seni lainnya.
Apakah yang dimaksud dengan produser rekaman suara?
Produser rekaman suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya.
Apakah yang dimaksud dengan lembaga penyiaran?
Lembaga penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.
Apakah lisensi itu?
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait, kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.
Apakah dewan hak cipta itu dan apa tugasnya?
Dewan hak cipta adalah dewan yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden berdasarkan usulan Menteri Kehakiman yang memberikan penyuluhan, bimbingan dan pembinaan tentang hak cipta. Dewan ini anggotanya terdiri atas wakil pemerintah, wakil organisasi profesi, dan anggota masyarakat yang memiliki kompetensi di bidang hak cipta.
Sebutkan dasar perlindungan hak cipta!
Undang-undang Hak Cipta (UUHC) pertama kali diatur dalam Undang-undang No.6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Kemudian diubah dengan Undang-undang No.7 Tahun 1987. Pada tahun 1997 diubah lagi dengan Undang-undang No.12 Tahun 1997. Di tahun 2002, UUHC kembali mengalami perubahan dan diatur dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2002.Beberapa peraturan pelaksana yang masih berlaku yaitu :
· Peraturan Pemerintah RI No.14 Tahun 1986 Jo Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1989 tentang Dewan Hak Cipta;
· Peraturan Pemerintah RI No.1 Tahun 1989 tentang Penerjemahan dan/atau Perbanyak Ciptaan untuk Kepentingan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Penelitian dan Pengembangan;
· Keputusan Presiden RI No.18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works;
· Keputusan Presiden RI No.19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty;
· Keputusan Presiden RI No.17 Tahun 1988 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta atas Karya Rekaman Suara antara Negara Republik Indonesia dengan Masyarakat Eropa;
· Keputusan Presiden RI No.25 Tahun 1989 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat;
· Keputusan Prcsiden RI No.38 Tahun 1993 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Australia;
· Keputusan Presiden RI No.56 Tahun 1994 Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Inggris;
· Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.01-HC.O3.01 Tahun 1987 tentang Pendaftaran Ciptaan;
· Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.04.PW.07.03 Tahun 1988 tentang Penyidikan Hak Cipta;
· Surat Edaran Menteri Kehakiman RI No. M.01.PW.07.03 Tahun 1990 tentang Kewenangan Menyidik Tindak Pidana Hak Cipta;
· Surat Edaran Menteri Kehakiman RI No. M.02.HC.03.01 Tahun 1991 tentang Kewajiban Melampirkan NPWP dalam Permohonan Pendaftaran Ciptaan dan Pencatatan Pemindahan Hak Cipta Terdaftar.
Apakah hak cipta itu dapat dialihkan?
Hak cipta dapat dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena :
· pewarisan;
· hibah;
· wasiat;
· perjanjian tertulis; atau
· sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Ciptaan apa saja yang dilindungi oleh UUHC?
Ciptaan yang dilindungi ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya :
· buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan(lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
· ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
· alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
· ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
· drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim;
· seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan;
1. arsitektur;
2. peta;
3. seni batik;
4. fotografi;
5. sinematografi;
6. terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai dan karya lainnya dari hasil pengalihwujudan.
Bagaimanakah hak cipta atas hasil kebudayaan rakyat atau atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya?
· Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainnya;
· Negara memegang hak cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya.
Bagaimana posisi Indonesia di bidang hak cipta di dunia internasional?
Indonesia saat ini telah meratifikasi konvensi international di bidang hak cipta, yaitu :
· Berne Convention tanggal 7 Mei 1997 dengan Keppres No.18 Tahun 1997 dan dinotifikasikan ke WIPO pada tanggal 5 Juni 1997, Berne Convention tersebut mulai berlaku efektif di Indonesia pada tanggal 5 September 1997;
· WIPO Copyrights Treaty (WCT) dengan Kepres No. 19 Tahun 1997.
Kini, pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan peratifikasian WIPO Performances and Phonogram Treaty (WPPT) 1996.
Hak Moral dan Hak Ekonomi
Apakah yang dimaksud dengan hak moral dan hak ekonomi atas suatu ciptaan?
Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan.
Hak ekonomi adalah hak hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait.
Apakah yang dimaksud dengan hak terkait?
Hak terkait adalah hak eksklusif yang berkaitan dengan hak cipta yaitu hak eksklusif bagi pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukkannya; bagi produser rekaman suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak atau menyiarkan karya siarannya.
Jangka Waktu Perlindungan
Berapa lama perlindungan atas suatu ciptaan?
Hak cipta atas ciptaan:
· buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain;
· drama atau drama musikal, tari, koreografi;
· segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni patung dan seni pahat;
· seni batik;
· lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
· arsitektur;
· ceramah, kuliah pidato dan ciptaan sejenis lain;
· alat peraga;
· peta;
· terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai;
berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Jika dimiliki 2 (dua) orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.
Hak cipta atas ciptaan:
· program komputer, sinematografi, fotografi, database, karya hasil pengalihwujudan berlaku selama 50(lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan;
· Perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50(lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan;
Jika hak cipta atas ciptaan tersebut di atas dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum, hak cipta berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.
Hak cipta yang dimiliki/dipegang oleh Negara berdasarkan:
· Pasal 10 ayat (2) UUHC berlaku tanpa batas waktu;
· Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) UUHC berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan.
Pendaftaran Ciptaan
Ciptaan apakah yang tidak dapat didaftarkan?
· ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra;
· ciptaan yang tidak orsinil;
· ciptaan yang tidak diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata;
· ciptaan yang sudah merupakan milik umum;
Bagaimana syarat-syarat permohonan pendaftaran ciptaan?
(Bagan Prosedur Permohonan Pendaftaran Hak Cipta maupun Format isian Formulir Pendaftaran , bisa dilihat di halaman lampiran majalah digital Forum Penulis Kota Malang / FPKM E-zine Edisi Januari 2007 yang bisa didownload di halaman download majalah digital FPKM).
· Mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap dua (formulir dapat diminta secara cuma-cuma pada kantor Ditjen HKI), lembar pertama dari formulir tersebut ditandatangani di atas meterai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah);
· Surat permohonan pendaftaran ciptaan mencantumkan:
1. nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;
2. nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta; nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa; jenis dan judul ciptaan;
3. tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
4. Uraian ciptaan rangkap 3;
· Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk satu ciptaan;
· Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak cipta berupa fotocopy KTP atau paspor;
· Apabila pemohon badan hukum, maka pada surat permohonannya harus dilampirkan turunan resmi akta pendirian badan hukum tersebut;
· Melampirkan surat kuasa, bilamana permohonan tersebut diajukan oleh seorang kuasa, beserta bukti kewarganegaraan kuasa tersebut;
· Apabila permohonan tidak bertempat tinggal di dalam wilayah RI, maka untuk keperluan permohonan pendaftaran ciptaan ia harus memiliki tempat tinggal dan menunjuk seorang kuasa di dalam wilayah RI;
· Apabila permohonan pendaftaran ciptaan diajukan atas nama lebih dari seorang dan atau suatu badan hukum, maka nama-nama pemohon harus ditulis semuanya, dengan menetapkan satu alamat pemohon;
1. Apabila ciptaan tersebut telah dipindahkan, agar melampirkan bukti pemindahan hak;
2. Melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya atau penggantinya;
3. Membayar biaya permohonan pendaftaran ciptaan sebesar Rp. 75.000, khusus untuk permohonan pendaftaran ciptaan program komputer sebesar Rp. 150.000;
Dalam hal apa suatu pendaftaran ciptaan dinyatakan hapus?
Dalam Pasa1 44 UUHC disebutkan bahwa kekuatan hukum dari suatu pendaftaran ciptaan hapus karena:
· penghapusan atas permohonan orang, suatu badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta atau pemegang hak cipta;
· lampau waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, 30, dan 31 dengan mengingat Pasal 32;
· dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pelanggaran Hak Cipta
Perbuatan apa yang dimaksud dengan pelanggaran hak cipta?
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran hak cipta apabila perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang hak cipta.
Perbuatan apa yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta?
Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, hal-hal sebagai berikut:
· Pengumuman dan/atau perbanyakan Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
· Pengumuman dan/atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali jika hak cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau
· Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
· Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan :
1. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta;
2. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan:
· pembelaan di dalam atau di luar pengadilan;
· ceramah yang semata2 untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
· pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
3. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan tersebut bersifat komersial;
4. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang bersifat non komersial semata-mata untuk keperluan aktifitasnya;
5. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan;
6. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Apakah yang dapat pencipta atau pemegang hak cipta lakukan jika ada pihak yang melakukan pelanggaran ?
· Mengajukan permohonan Penetapan Sementara ke Pengadilan Niaga dengan menunjukkan bukti-bukti kuat sebagai pemegang hak dan bukti adanya pelanggaran Penetapan Sementara ditujukan untuk :
1. mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta, khususnya mencegah masuknya barang yang diduga melanggar hak cipta atau hak terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk tindakan importasi;
2. menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta atau hak terkait tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan barang bukti.
· Mengajukan gugatan ganti rugi ke pengadilan niaga atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakannya.
Untuk mencegah kerugian yang lebih besar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan pengumuman dan/atau perbanyakan ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta (putusan sela).
· Melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik POLRI dan/atau PPNS DJHKI.
Bagaimana pengaturan tentang ketentuan pidana dalam undang-undang hak cipta ?
Tindak pidana bidang hak cipta dikategorikan sebagai tindak kejahatan dan ancaman pidananya diatur dalam Pasal 72 yang bunyinya :
· Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah);
· Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidanan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
· Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
· Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah);
· Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 19 atau Pasal 49 ayat (3) dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);
· Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);
· Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);
· Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
· Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah);
Siapa yang berwenang melakukan penyidikan tindak pidana di bidang hak cipta?
Selain penyidik pejabat Polisi Negara RI juga pejabat pegawai negeri tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan hak cipta (Departemen Kehakiman) diberi wewenang khusus sebagai penyidik, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang hak cipta.
UU dan PP - Undang undang dan Peraturan yg berhubungan dengan Hak Kekayaan Intelektual
Undang Undang
· Paten
· Merek
· Hak Cipta
· Desain Industri
· Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
· Rahasia Dagang
Peraturan Pemerintah
· Bidang Paten
· Bidang Merek
· Bidang Hak Cipta
· Bidang Desain Industri
· Bidang Konsultan HKI
Keputusan Presiden
HKI / Umum
· Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 189 Tahun 1998 tentang Pencabutan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1986 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden no. 26 Tahun 1995 (29 Oktober 1998).
Peraturan Menteri
Bidang Hak Cipta
· Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-HC.03.01 Tahun 1987 tanggal 26 Oktober 1987 tentang Pendaftaran Ciptaan.
Keputusan Menteri
HKI / Umum
· Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.11.PR.07.06 Tahun 2003 tentang Penunjukan Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM RI untuk Menerima Permohonan Hak Kekayaan Intelektual (04 November 2003).
Keputusan Direktur Jenderal HKI
· Keputusan Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Nomor H-17-PR.09.10 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Konsultan Hak Kekayaan Intelektual (1 Maret 2005).
· Keputusan Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Nomor H-01.PR.07.06 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerimaan Permohonan Hak Kekayaan Intelektual melalui Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (23 April 2004).
TIPS DAN CARA MENERBITKAN KUMPULAN MAKALAH, SKRIPSI, TESIS, DISERTASI Menjadi BUKU POPULER
“Apa yang kita tulis akan terukir abadi sepanjang masa.
Apa yang kita ucap akan sirna bersama pusaran waktu.”
Kenapa Karya Perlu Dibukukan?
· Memperkaya khasanah keilmuan
· Membagi ilmu pengetahuan kepada publik pembaca
· Membangun tradisi menulis dalam mengantisipasi bahaya ‘anomali’ sebagai efek tradisi lisan
atau perjuangan melawan Lupa
· Mudah mendapatkan pengakuan intelektual dalam segala konteks.
· Kepuasan Intelektual & motivasi edukasi.
· Mendapatkan keuntungan finansial dengan cara yang halal, wajar dan mendidik. (dst).
Karya Apa Saja Yang Bisa DiBukukan?
Banyak buku (Sastra maupun ilmiah) di toko2 yang awalnya adalah naskah yang diramu dari:
· Kumpulan Makalah atau Artikel.
· Skripsi/ Tesis/ Disertasi.
· Catatan Harian di buku Diary
· Hasil Penelitian Ilmiah.
· Dst.
Bagaimana Proses Dari Naskah Menjadi Kemasan Buku?
· Bermitra dengan Penerbit yang berpengalaman dan transparan.
· Naskah diedit mulai dari pilihan judul hingga penyajian isi.
· Desain Cover, LayOut naskah dan Pemeriksaan Aksara oleh editor.
· Permohonan kode ISBN dari Perpustakaan Nasional.
· Proses Produksi, dan siap beredar sesuai kehendak anda.
Umumnya ada tiga jenis kerjasama dengan Penerbit: 1) Produksi buku dibiayai total oleh Penerbit dengan kompensasi royalty bagi Penulisnya, 2) Biaya Produksi ditangani secara bersama-sama. Dan 3) semua anggaran Produksi ditanggung penulisnya dan penulis bebas menentukan segala distribusi buku. Penerbit sebatas pada ‘menyulap’ naskah anda hingga menjadi buku yang siap ‘saji’ dan memiliki ISBN.
Menerbitkan Karya Sendiri, Kenapa Tidak?
Menerbitkan sendiri karya tulis sudah menjadi trend para penulis akhir-akhir ini. Selain karena kita bisa melepaskan diri dari ikatan kontrak dengan penerbit yang sering tidak adil, juga kita bisa mendapatkan kewenangan penuh atas naskah kita dan memungkinkan bagi kita untuk mendapatkan keuntungan finansial yang lebih besar dari sekedar royalti.
Ketika DOSEN & GURU Berkarya;
Trend Pendidik Masa Depan.
Para Dosen atau Guru pasti memiliki banyak naskah tulisan yang menjadi materi pengajarannya. Alangkah lebih baiknya kalau materi pengajaran tersebut dibukukan dan menjadi reverensi pendidikan untuk bidang studi yang diajarkan. Baik berupa kumpulan makalah maupun sebuah materi khusus yang terkait bidang studi tertentu. Contoh sederhana Menciptakan Buku bagi seorang pendidik:
Seorang Dosen memiliki sebuah naskah tesis seputar Sejarah Akuntansi Modern dan sering dia jadikan sebagai draft reverensi perkuliahan. Lalu naskah itu diterbitkan dalam kemasan buku dan memiliki ISBN. Katakanlah Dosen tersebut mengeluarkan anggaran produksi Rp 8. 000,- per buku untuk 500 eksamplar buku yang diproduksi.
Karena buku tersebut sesuai dengan materi kurikulum, maka karya tulis itu bisa didistribusikan di berbagai toko buku lewat agent resmi atau ditawarkan kepada para mahasiswa dengan harga yang di bawah standar harga toko buku. Antara rasio ongkos produksi, harga standar toko yang mahal dan jumlah aset (buku) memungkinkan bagi penulis untuk mendapatkan dua keuntungan: meringankan beban pembaca melalui pemberian harga di bawah standar dan mendapatkan keuntungan langsung yang bisa digunakan untuk mencetak lagi naskah anda yang lain…
Cara di atas berlaku bagi akademisi/ pendidik dan siapapun, dan temanya bebas: Sejarah, Politik, Medis,Hukum, Ekonomi, Pariwisata, Seksologi, Lingkungan, Budaya, Sastra dst…
“Menerbitkan langsung karya sendiri adalah langkah yang paling strategis dan menguntungkan yang jarang diungkap dalam industri penerbitan buku di Indonesia.”
TULIS DAN TERBITKANLAH KARYA ANDA
a. Semua Orang Adalah Penulis.
Banyak sekali orang yang mengeluh tentang susahnya menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan. Sementara, pada saat yang sama ia biasa menulis surat, mengisi buku diary, menyusun laporan, skripsi, tesis, disertasi dst. Menulis merupakan sesuatu yang mudah dilakukan apalagi diirngi dengan banyak membaca buku dan rutin mencatat apa saja yang ingin kita tulis. Berarti, menulis (mengarang) itu bukanlah monopoli mereka yang berbakat.
Semua orang yang pernah mengenyam dunia pendidikan pasti pernah menulis yang berarti kalau ia rajin mendokumentasikannya, ia memiliki naskah yang pada satu waktu bisa diterbitkan. Bisa berupa naskah sastra (puisi, cerpen, novel), artikel, diktat kuliah ataupun skripsi dan tesis hingga disertasi. Kalau begitu, kenapa kita tidak berupaya menerbitkan gagasan kita untuk dibaca orang lain? Atau bila perlu masuk dalam bursa toko buku nasional?
b. Mudah Menerbitkan Karya Kita.
Katakanlah kita punya satu naskah (entah skripsi atau novel). Kita ingin menerbitkannya dan bila perlu harus masuk dalam bursa buku nasional. Bagaimana langkah-langkahnya?
Pertama, meng-edit naskah tersebut agar lebih populer dan ‘menjual’. Misalnya meringkas judulnya dengan lebih menarik dan mengolah isinya agar lebih menarik untuk dibaca umum. Kedua, bekerjasama dengan sebuah Penerbit yang pengalaman dalam dunia buku. Semisal sudah ada komitment dengan penerbit yang dimaksud, maka si penerbit akan me-LayOut naskah anda dalam bentuk isi buku, membuatkan desain cover dan menerbitkan nomor ISBN yang diajukan dari Perpustakaan Nasional di Jakarta.
Satu contoh print-out buku akan ditunjukkan pada anda dan jika anda puas pada hasilnya silahkan anda buat perjanjian dengan penerbit: apakah buku anda perlu dimasukkan dalam bursa buku? Jika ‘iya’, maka si penerbit akan menggandeng distributor dan dalam waktu dekat karya anda akan masuk di berbagai toko buku, serta bersiaplah buku tersebut dibedah di forum2 yang anda kehendaki.
c. Bagaimana Bentuk Kerjasama dengan Penerbit?
Umumnya ada tiga jenis kerjasama:
Pertama, karya anda akan diterbitkan atas biaya Penerbit dan anda hanya akan mendapatkan beberapa eksamplar buku dan beberapa % royalty dari hasil penjualan. Keuntungan dari kerjasama jenis ini anda tidak perlu keluar biaya tetapi anda mudah dicurangi terutama pada royalty. Kedua, naskah anda akan diterbitkan dengan biaya ‘patungan’ antara anda dengan penerbit. Keuntungannya anda berhak mendapatkan jatah buku lebih banyak (sesuai perjanjian) tetapi tetap terikat pada orientasi komersial penerbit.
Ketiga, naskah diterbitkan dengan biaya anda sendiri, penerbit hanya menjadi mitra yang mewujutkan agar naskah tersebut menjadi buku yang siap dibaca. Kelemahannya, anda akan mengeluarkan biaya, tetapi anda berhak total atas semua buku yang tercetak. Anda bebas menentukan berapa jumlah yang masuk toko buku dan penerbit fleksibel dalam mendapatkan konpensasi dari anda. Berdasarkan rasio anggaran produksi buku yang tergolong murah, kami sering mendapatkan mitra yang memilih model kerjasama yang terakhir itu. Dan dalam waktu yang singkat, si penulis biasanya mendapatkan modalnya kembali oleh saldo penjualan buku. “Apa yang kita tulis hari ini akan menjadi ukiran sejarah sepanjang masa. Siapa yang tidak menulis, akan sirna dalam perputaran sejarah manusia”
Aksara Tumapel (RATU) adalah sebuah Lembaga Penerbitan yang berbadan hukum Yayasan (Akte Nmr: 144/27-12-05) dan telah memiliki keanggotaan ISBN dari Perpustakaan Nasional RI dengan nmr: 979-25-2200-X. lembaga ini telah banyak menerbitkan buku Sastra dan Ilmiah yang telah beredar dalam pasar buku.
Bebas konsultasi seputar penerbitan buku dan dunia per-bukuan:
email: ratuaksara@plasa.com
Hp: 081.5555.6177 / 081.392.158.867.
AKSARATUMAPEL
Profesional & Transparant
Aksara Tumapel telah menerbitkan beberapa buku antara lain:
Wasiat Mpu Tantular; Kumpulan Artikel Budaya, karya: Drs. Peni Suparto, MAP, Walikota Malang (Sept’05). DiLauncing di Studio Mahameru TV lantai III Kantor Perpustakaan Umum kota Malang bulan Sept 2005.
Menyambut Tantangan Globalisasi; Sebuah Biografi & Gagasan Walikota Malang, karya: Liga Alam M (Ratu/ Jan’06). Dilauncing di STIE Malangkucecwara tanggal 10 Feb 2006.
Di Balik Ramalan Joyoboyo; Kumpulan Artikel Budaya, karya: Drs. Peni Suparto, MAP, Walikota Malang (Ratu, Juni ’06).
Tumbal Perawan Jenggala; Novel Sejarah karya: Liga Alam M (Ratu, Ags’06). Masuk di berbagai toko buku.
Buih-Buih Ombak; Novel Karya: Liga Alam M (Ratu Nop’05)
Segenggam Pasir; Sahabatku Di Meulaboh (kumpulan Cerpen pelajar kota Malang hasil lomba). Ratu, Juni 06.
Pelangi Di Taman Oval; Novel Remaja Karya: Liga Alam M (dalam proses percetakan)
Garuda Sang Bima. Novel Sejarah edisi revisi. Karya: Liga Alam M (dalam proses percetakan).
Aksara Tumapel juga sedang menerbitkan sebuah Majalah etnik RATU yang beredar setiap bulan di Malang Raya. Selain menerbitkan buku, RATU juga pernah mengadakan lomba cipta karya sastra (kategori Cerpen) tingkat pelajar se-kota Malang bekerja sama dengan Perpustakaan Umum kota Malang pada bulan Agustus 2005. Juga sebagai konseptor dan narasumber dalam Pelatihan Menulis Gratis tingkat Pelajar di Aula SMAN 1 Kota Tarakan Kaltim pada tanggal 15 April 2006. Untuk mensukseskan programnya, RATU bermitra dengan berbagai lembaga penerbitan Profesional yaitu: Grha Guru Jogjakarta.
TIPS - TIPS MENERBITKAN BUKU DARI PENERBIT ANDI
Persyaratan Penerbitan Naskah
Hubungan Antara Penulis dan Penerbit
Penulis dengan Penerbit memiliki kedudukan setara; secara umum Penulis memandang Penerbit bertindak sebagai intermediary karya-karya yang akan disampaikan kepada masyarakat, sedangkan Penerbit memandang Penulis sebagai aset penting perusahaan yang menyebabkan proses penerbitan tetap berlangsung.
Kepentingan apa di balik dorongan untuk menulis? Menulis dapat meningkatkan kredit point (bagi pengajar), meningkatkan kredibilitas, dan pemenuhan finansial. Hal tersebut yang memotivasi penulis untuk menghasilkan suatu karya yang berkualitas.
Apa kelebihan Penerbit ANDI dibanding penerbit lain?
• Buku ANDI telah memiliki Brand Name tersendiri di hati masyarakat.
• Memiliki jaringan distribusi yang luas.
• Memiliki mesin cetak sendiri sehingga hasil, kecepatan, dan kualitas dapat diatur dengan baik.
• Memiliki sistem royalti yang jelas, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan sinergi kerja sama antara Penulis dengan Penerbit akan diperoleh hasil berupa penerimaan masyarakat terhadap buku terbitan ANDI.
Bentuk Royalti Penerbit ANDI
Penerbit ANDI memberikan royalti sebagai berikut:
Besar royalti standar adalah 10%, dengan perhitungan: 10% x harga jual x oplah (potong pajak)
Mengingat Penerbit ANDI memiliki bentuk kerja sama yang beragam pada saluran distribusi pemasaran, maka perhitungan royalti adalah berdasarkan buku yang benar-benar telah terbayar lunas, dengan demikian buku yang sifatnya konsinyasi atau kredit belum dianggap sebagai buku laku. Dalam hal ini Penerbit ANDI akan selalu menjaga kejujuran dan kepercayaan bagi semua relasinya, ini semua karena nama baik sangat penting bagi Penerbit ANDI.
Bentuk Kerja Sama Penerbitan
Bentuk kerja sama penerbitan yang ditawarkan Penerbit ANDI mencakup:
Kerja sama Penerbit dengan Penulis; yaitu kerja sama antara Penerbit dengan Penulis secara individu untuk menerbitkan sebuah buku.
Kerja Sama Penerbit dengan Kelompok Penulis; yaitu kerja sama antara Penerbit dengan beberapa Penulis sekaligus untuk menerbitkan sebuah buku. Dalam kerja sama ini, Penulis wajib menunjuk satu orang dengan pemberian surat kuasa, untuk bertanggung jawab terhadap segala urusan administratif maupun non administratif yang berkaitan dengan penerbitan.
Kerja sama Penerbit dengan Lembaga; yaitu kerja sama antar Penerbit dengan sekelompok Penulis yang telah dikoordinasi oleh Lembaga/Institusi untuk menerbitkan sebuah buku. Dalam hal ini Penerbit hanya berhubungan dengan Lembaga/Institusi yang telah diberi kepercayaan oleh Penulis.
Kerja sama Umum
Kerja sama cetak. Penerbit hanya membantu dalam jasa percetakannya, seperti buku jurnal ilmiah dan sebagainya.
Kerja sama cetak dan penerbitan, Penerbit bekerja sama dengan Perorangan/Lembaga untuk menerbitkan sebuah buku dengan tanggungan biaya penerbitan bersama.
Prosedur Penerbitan Buku
Materi yang Harus Dikirim
Penulis harus mengirimkan ke Penerbit naskah final, bukan outline ataupun draft, yang disertai:
. Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Daftar Gambar
• Daftar Tabel
• Daftar Lampiran
• Isi
• Daftar Pustaka
• Indeks
• Abstrak (sinopsis)
. Penjelasan perihal: pasar sasaran yang dituju, prospek pasar, manfaat buku ybs.
. Profil penulis, memberi keterangan singkat tentang penulis.
Penilaian Naskah
Penerbit menilai naskah dari berbagai aspek:
Aspek Ideologis
Apakah topik bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila, apakah topiknya akan meresahkan kondisi masyarakat seperti: politik, hankam, sara, sopan santun, harga diri, dll.
Aspek Keilmuan :
• Apakah topik yang dibahas merupakan topik baru bagi masyarakat, dan apakah masyarakat sudah siap menerima topik tersebut?
• Apakah naskah tersebut gagasan asli atau jiplakan?
• Terkait dengan akurasi data maka diperlukan sumber daftar pustaka yang lengkap.
Aspek Penyajian:
• Apakah sistematika kerangka pemikiran baik sehingga alur logika pemaparan mudah dipahami?
• Bahasa yang digunakan apakah komunikatif sesuai dengan jenis naskah dan sasaran pembaca?
• Apakah cara penulisannya sudah benar, yaitu menggunakan tata bahasa dan ejaan yang baku?
• Kelengkapan naskah secara fisik seperti kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, batang tubuh, daftar gambar, tabel, lampiran, index, daftar pustaka, sinposis, apakah sudah lengkap?
• Pengetikan menggunakan media dan alat apa, apakah tulis tangan, diketik manual, ketik komputer menggunakan software tertentu?
• Mutu gambar, tabel dan objek lain yang dipasang (capture) apakah layak atau masih harus diperbaiki lagi?
• Apakah urusan perizinan penggunaan gambar tertentu, izin terjemahan, izin pengutipan dll. sudah diselesaikan?
Aspek Pemasaran:
• Apakah tema naskah mempunyai pangsa pasar jelas dan luas sehingga buku akan dapat dan mudah diterima pasar?
• Apakah naskah memiliki selling point atau potensi jual tertentu, seperti judul, keindahan, bahasa, kasus aktual, dsb?
• Apakah ada buku sejenis yang beredar dan telah diterbitkan? Apa kelebihan naskah tersebut dibandingkan dengan buku lain?
Aspek Reputasi Penulis:
• Apakah penulis adalah tokoh, praktisi, dosen yang sangat diakui kepakarannya oleh masyarakat luas?
• Apakah buku-buku yang pernah diterbitkan mempunyai catatan keilmuan dan pemasaran yang baik?
Keputusan Menerima/Menolak Naskah
Untuk Apa dan Mengapa Penerbit Harus Menilai Naskah? Penerbit adalah suatu badan usaha yang bercita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk tujuan tersebut Penerbit mengusahakan, menyediakan, dan menyebarluaskan bagi khalayak umum, pengetahuan dan pengalaman hasil karya ilmiah para Penulis dalam bentuk sajian yang terpadu, rapi, indah, dan komunikatif, baik isi maupun kemasan fisik, melalui tata cara yang sesuai, dan bertanggung jawab atas segala risiko yang ditimbulkan oleh kegiatannya. Berdasarkan pengertian mengenai penerbitan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerbit tidak bermaksud untuk menghakimi hasil karya Penulis, sehingga tidak ada alasan untuk tidak menghargai karya tersebut karena Penulis adalah “rekan sejawat” bagi Penerbit.
Penilaian naskah bukan untuk menjatuhkan vonis naskah baik atau buruk, layak terbit atau tidak. Langkah tersebut digunakan sebagai sarana untuk memperlancar proses penerbitan secara optimal.
Proses penilaian ini adalah proses standar penerbitan sehingga perlu ada komunikasi yang baik antara Penerbit dan Penulis. Dengan demikian tidak ada salah-pengertian bahwa Penerbit menganggap remeh Penulis atau Penulis merasa naskahnya sudah yang terbaik.
Keputusan Naskah
Setelah Penulis menyerahkan naskah, Penerbit memberikan keputusan melalui surat resmi kepada Penulis, apakah buku diterbitkan atau tidak. Untuk naskah yang diterima, Penerbit akan mengirim surat pemberitahuan resmi. Penulis wajib melengkapi kelengkapan naskah - softcopy. Untuk naskah yang ditolak, naskah akan dikembalikan kepada Penulis bersama dengan surat pemberitahuan penolakan penerbitan.
Pengiriman Softcopy: Disket atau CD
Softcopy naskah dikirim dapat dengan cara: Lewat pos/paket ditujukan ke:
Penerbit ANDI
Jl. Beo 38-40 Yogyakarta 55281
Telp (0274) 561881; Fax (0274) 588282
Datang langsung ke kantor Penerbit ANDI dan menemui bagian penerbitan ANDI.
Atau lewat email (Maksimal 1 Mb per kiriman):
penerbitan@andipublisher.com
Format Naskah
Format Naskah Siap Cetak
Format pengaturan naskah dapat menggunakan Template yang disediakan oleh Penerbit Andi. Format ini merupakan Template standar yang dapat disesuaikan dengan naskah yang sedang ditulis. Anda dapat meminta Template tersebut melalui e-mail, atau datang langsung ke Penerbit ANDI.
Format naskah standar siap cetak, adalah sebagai berikut:
Jenis huruf untuk teks isi: Bookman Old Style, New Century School Book atau Times New Roman 10/11 point.
Judul bab (Heading 1): font sama dengan teks isi, ukurannya diatur sedemikian rupa agar tampak menonjol dan serasi dengan ukuran 20 pt.
Judul sub-bab (Heading 2): font sama dengan teks, 18 point, capital, bold.
Judul sub-sub-bab (Heading 3): font sama dengan teks, 10 point, capital underline
Header dan Footer: menggunakan font yang berbeda, dapat divariasikan dalam style huruf bold atau italic.
Footnote : Font sama, 8 point; dapat menggunakan font lain yang serasi.
Alignment : Justified
Spacing : Before – 0, After – 0,6
Line Spacing : Single
Gambar-gambar tangkapan (capture) layar sebaiknya menggunakan format jpg. Gambar sebaiknya dikirimkan dalam file tersendiri yang di kumpulkan dalam sebuah folder gambar dan dilakukan link terhadap naskah.
Catatan: Segala bentuk aturan layout di dalam template adalah layout standar di Penerbit Andi, Anda dapat memodifikasi perwajahan buku Anda dengan terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan Penerbit.
Contoh Penomoran Halaman:
Halaman judul : i
Halaman Copyright : ii
Halaman Persembahan : iii
Kata Pengantar : v
Daftar Isi : vii
Halaman Isi
Pendahuluan (Bab I) : 1
Bab II : 3, 5, 7, 9, dst. (selalu halaman ganjil).
Ukuran Buku dan Area Cetak
Setelah Anda menentukan sistematika penulisan buku Anda, hal penting berikutnya adalah format buku yang akan Anda tulis. Format buku terdiri dari beberapa ukuran yaitu ukuran besar, standar, kecil, atau buku saku serta format spesial. Penentuan format ini akan berpengaruh terhadap ketebalan buku dan kedalaman materi yang Anda inginkan.
Format buku di Penerbit Andi:
Format Besar : 20 cm x 28 cm, 21,5 cm x 15,5 cm
Format Standar : 16 cm x 23 cm, 11,5 cm x 17,5 cm
Format Kecil : 14 cm x 21 cm, 10 cm x 16 cm
Buku Saku : 10 cm x 18 cm, 13,5 cm x 7,5 cm
Format Khusus
Banyak Penulis tidak memperhatikan format ini sehingga saat dilakukan pengaturan layout dan setting, beberapa bagian buku menjadi tidak sesuai dengan maksud Penulis. Ketidaksesuaian tersebut contohnya: proporsi gambar yang tidak benar, pemotongan kata yang tidak tepat (terutama pada listing program pada buku pemrograman), dan ketebalan buku yang tidak proporsional.
Catatan: Prosedur penerbitan ini sewaktu-waktu dapat berubah mengikuti perkembangan, situasi dan kondisi, untuk itu diharapkan Penulis dapat mengikuti informasi terbaru di Penerbit Andi. Template penulisan naskah bisa di download pada section “download” pada situs www.andipublisher.com .
(Disalin dari situs Penerbit Andi di internet www.andipublisher.com)
TIPS MENULIS - 11 CARA JADI PENULIS
Bagi kamu para teenager entah cowok apa cewek, daripada nganggur gak jelas, mendingan ikuti aja cara-cara jitu yang otomatis bikin kamu bisa hepi jadi penulis. Apalagi bagi kamu yang emang udah punya bakat alam jadi penulis. Tunggu apa lagi coba? Check this out !
1.The first, tekadkan diri kalo kamu bangga jadi penulis. It’s a must !
2.Cara kedua dengan ngelamun. Karena kebanyakan ide nongol saat kita lagi ngelamun.Tapi jangan suka keterusan, ya? Ato kalo gak dengerin curhatan temen aja. Kan bisa tuh dibikin cerita. Listen to the music ato mo lebih gampangnya lagi dari kisah diri kamu sendiri. Tentunya, cerita itu kudu seru dong !
3.Sebelum nulis, pilih jalur penulisan yang kamu kuasai : cerpen, cerbung, ato novel. Di dalam novel kamu juga mesti pilih jalur, lho. For example : teenlit, chiclit, metropop, preteen, roman, horor, dll.
4.Cari tempat dan alat yang nyaman buat menulis cerita. Bagi kamu yang gak punya komputer cukup di buku tulis aja.Tapi ntar kalo ngirimin ke penerbit harus di ketik komputer, lho. Kan sekarang banyak rental pengetikan. Tempat yang asik untuk yang gak punya komputer adalah : meja belajar dan tempat tidur. Trus bagi kamu yang punya komputer, tinggal tik ketik aja lagi. Keluarin deh semua uneg-uneg kamu.
5.Usahakan kegiatan tulis menulis bagi kamu yang masih skul di saat week end ato long holiday aja, biar gak ganggu konsentrasi belajar, maksudnya. Tapi kalo kamu bisa bagi waktu …….why not kalo tiap hari ?
6.Banyak orang bingung mo nulis kata pembuka cerita gimana. Padahal caranya banyak banget. Nih contohnya :
-Pada suatu hari ……..
-Di malam yang gelap ……..
-Di atas bukit nan jauh, Teletubbies, eh Just kidding = P
Ato langsung dibikin seperti ini :
•“Serius lo ?”
Kan kesan yang ditangkap para pembaca adalah mereka disuruh menyelidiki apa maksud terselubung dari kalimat tanya itu. Biar penasaran gitu…. Ato kamu mo bikin contoh yang lain ? That’s good idea.
7.Kalo kamu bikin cerpen, itu mah cepet banget selsenya. Tapi kalo kamu bikin novel, uhm …….dijaga aja mood-nya. Biar gak drop. Caranya, cukup nikmati aja pekerjaan kamu and jangan jadiin beban. Karena kalau kamu maksa-maksain diri, hasilnya malah bad banget !
8.Kalo Novel, sering kali kita bosen bikin lanjutan ceritanya. Tau sendirilah, novelkan tebelnya amit-amit. Therefore cara nyegerin kepala biar otak gak blank adalah refreshing ke manaaaaa gitu ato cari referensi dengan beli novel karya anak bangsa. Kan kita mesti cinta produk dalam negeri.
9.Bagi cerpen, cerita yang udah kamu buat sebarin ke temen-temen satu skul trus suruh baca dan kasih comment. Kalo tanggapan mereka bagus, coba kirim aja ke majalah-majalah remaja ato ke tabloid kesayangan kamu.
10.Bagi novel, usahakan saat kamu rekomendasiin itu novel ke temen-temen kamu ceritanya belum kelar. Biar mereka penasaran. Setelah banyak temen yang udah baca dan nyuruh kamu ngelanjutin ceritanya, lanjutin tu cerita, tapi setelah selse, jangan kasih liat mereka. Melainkan langsung kirimkan ke penerbit. Kalo ceritanya bagus dan memenuhi kriteria, pasti deh novel kamu diterbitin. Setelah terbit suruh temen-temen kamu beli novel itu. So, novel kamu bakalan laku dong karena mereka udah penasaran banget menantikan ending ceritanya hehehe… Uhm, yummy banget.
11.Setelah semua selse kamu lakuin. Udah deh, tinggal tunggu gimana reaksi masyarakat tentang novel/cerpen kamu. Bisa aja ada produser baca, trus dibikin film/sinetron kayak pengalamannya Dyan Nuranindya—Dealova, Maria Ardelia—Me vs High Heels, Rachmania Arunita—Eiffel I’m In Love, Esti Kinasih—Fairish, Ken Terate—My Friends, My Dreams, Aditya Mulya—Jomblo, Alberthine Endah—Detik Terakhir/Jangan Beri Aku Narkoba, dan Moammar Emka—Jakarta Undercover. Hmm….. makin tebel deh kantong kita. Kan enak bisa menuhin kebutuhan sendiri. Apa sih yang gak mungkin selama kita mau berusaha. Tapi inget tetep berdoa pada Tuhan YME, bantu orang tua dan bantu orang yang gak mampu.
Nah, caranya gampang banget, kan? Kalo bingung mo kirim karya kamu ke mana, nih, kuberi beberapa perusahaan penerbit buku populer yang bisa bikin mimpimu jadi nyata:
A. Gramedia Pustaka Utama
B. Gagas media
C. Kata Kita
D. Terrant Books
E. Grasindo
Udah jangan berkhayal mulu. Bikin mimpimu jadi nyata!!!!
TIPS MENULIS ARTIKEL
Menulis sebuah artikel adalah menyatakan ide/ pemikiran yang ada dalam otak kita. Agar tulisan yang telah kita buat dapat dimengerti orang lain dan bisa bermanfaat maka kita harus memperhatikan dua kunci penting dalam membuat artikel, yaitu: (1)Presentasi Akal Pikiran dan (2)Ekspresi Bahasa yang Benar dan Komunikatif.
1.Presentasi Akal Pikiran
Ide / gagasan yang dituangkan dalam artikel merupakan hasil proses:
•Perenungan
•Pengamatan
•Penelitian
•Penyelidikan
•Pengumpulan data
Semua proses di atas dilakukan dengan serius dan mendalam untuk menghasilkan buah pemikiran yang obyektif dan bermutu.
Perlu dihindari emosi yang berlebihan untuk menjamin standar ‘ilmiah’, demokratis dan tidak memvonis.
Tulisan yang terlalu sarat emosi, akan cenderung anarkis, provokativ dan akhirnya menutup kemungkinan adanya dialog dan sharing pemikiran.
Sumber gagasan dan fakta:
•Pemikiran orisinil penulis
•Referensi yang ada
•Inspirasi (sumber alternatif) setelah menyimak dan mempelajari sumber yang ada.
2.Ekspresi Bahasa uang Benar dan Komunikatif
Untuk bisa diterima pembaca, struktur bahasa yang sudah tepat (sesuai konteks, EYD) perlu dilengkapi dengan pemahaman penulis terhadap latar belakang pembaca:
•Segmentasi pemikiran
•Kultural
Jika range pembaca sangat beragam maka diperlukan standarbahasa umum yang bisa dimengerti pembaca : bahasa jurnalistik (berisi, efisien dan komunikatif).
Karakteristik Bahasa Populer Jurnalistik
a)Bahasa yang Terbatasi
Dibatasi ruang dan waktu. Dibutuhkan komunikasi yag cepat, kata dibuat seringkasa mungkin (ekonomis, hemat) dengan kemampuan mengkomunikasikan ide secara jelas dan efisien.
Kemampuan menjahit dan menghubungkan antara beberapa item tersebut dengan logika yang tepat dan bahasa yang akrab dan tidak angkuh menjadi penting dilakukan.
b)Bahasa yang Hemat tapi jelas
Penghematan bisa dilakukan dengan:
•Penggunaan 5w+1h
•Kelengkapan pemahaman penulis terhadap masalah
•Faktual dan konkret
•Analisa yang dinamis
•Ungkapan populer, aktual, jenaka (kalau perlu)
c)Pembakuan dan konsistensi ilmiah
Penulisan kata dalam sebuah tulisan hendaknya tetap sama meskipun salah.
Hal ini dibenarkan apabila setiap redaksi memiliki panduan pembakuan bahasa menurut ‘ijtihad’nya sendiri-sendiri.
AKU INGIN MENULIS !
Menulis bukan sekedar menebar karya sebagai pembuktian adanya kemampuan yang kita miliki. Akan tetapi sadarkah kita, bahwa dengan menulis ternyata dapat kita tangkap sebagai proses pengembangan pribadi. Tulisan-tulisan yang telah kita karyakan tak hanya memberikan kepuasan saat dimuat di sebuah koran, majalah ataupun tabloid yang dibaca publik. Jika kita mau menilik kembali dan mencermati secara keseluruhan apa yang telah kita tulis, kita juga akan dapat melihat bagaimana diri kita berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Tak hanya tulisan propagandis, politis atau semacam essay saja yang dapat menguak pribadi secara tak sadar, bahkan coretan pena berupa puisi dan cerpen pun dapat membawa kita memahami diri kita sendiri. Apa yang kita tuliskan mencerminkan bagaimana kita berpikir dan menyikapi suatu keadaan. Segala pengalaman yang pernah kita alami akan terabadikan dalam tulisan kita. Melalui tulisan kita dapat melihat dan memahami perilaku manusia yang tidak tampak, yaitu berpikir. Perlu disadari bahwa yang menjadi sumber dari segala perilaku dan tindakan kita adalah proses berpikir itu sendiri. Dengan demikian kita dapat mengetahui sejauh mana perkembangan pola anil kita dan apa yang perlu kita tingkatkan untuk menuju suatu pribadi yang utuh.
Tulisan merupakan potret ingatan, pengalaman dan pengetahuan yang telah kita miliki. Seperti yang sempat dikutip dari buku Pengalaman Menulis Buku Nonfiksi, “Aku menulis buku agar gambaran pribadiku tak Cuma luluh lantak binasa ditelan Sungai Sang Kala Tergurit di atas ingatan sahabat – handai – tolan” (Widarso, 2005). Melihat apa yang terjadi dalam diri kita, memahaminya, menjelajah apa kelemahan dan kelebihan diri kita, hingga kita menyadari diri kita apa adanya dan menggugah semangat kita untuk senantiasa menjadi lebih baik lagi.
Paling tidak, kita bisa menulis untuk orang lain dan untuk diri kita sendiri. Segala kritik dan komentar berarti penilaian orang lain terhadap diri kita. Tak perlu kita takut akan cemoohan dan cercaan orang lain, itulah cambuk bagi kita untuk memperbaiki apa yang telah kita buat dan kita lakukan. Semakin kita berusaha memperbaiki tulisan yang telah kita buat, ide-ide yang kita miliki juga akan semakin mengalami pengembangan.
Menulis menjadi sesuatu yang sangat mengesankan dari pribadi-pribadi yang telah menorehkan tintanya di atas lembar putih yang mereka pilih. Ide-ide yang mengalir dengan bebas dan indahnya, sangat mengasyikkan! Ide-ide yang kemudian terangkum dalam kalimat-kalimat yang telah disusun sedemikian rupa agar tersampaikan kepada sesama untuk berbagi dan saling mengisi dalam perjalanan hidup.
Betapa berartinya hidup saat kita ani berbagi tentang apapun yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan. Keutuhan yang kita rasakan dalam diri kita sendiri dengan segala keberanian dan kejujuran yang kita miliki. Menulislah selama kau masih ani menggerakkan penamu dia atas lembaran putih yang siap menemanimu berpetualang dengan idemu. Tak perlu takut katakan pendapat lewat tulisan asal tahu batas!
SIMPLY BEING A WRITER !
Bab 1. Writing in Creative Way
Semua orang bisa menjadi penulis!
Coba lihat di Toko Buku Gramedia belakangan ini, terutama genre bacaan yang paling booming, teenlit
dan chicklit, apakah dari seluruh pengarang tersebut memiliki latar belakang pendidikan hanya dari
fakultas sastra? Tidak, kan. Bahkan sebagian besar dari para pengarang berbakat ini masih duduk di
bangku SMA, namun mereka justru dapat membuat sebentuk cerita yang real, fresh, dan terasa akrab
di kehidupan kita sehari-hari.
Apa yang membuat kita ingin menulis? Dan… mungkin nggak sih kita bisa menjadi penulis?
Well, those are common questions I heard many times—even from myself. But, don’t worry you’ll do
just fine. Tapi perlu kamu ketahui, bahwa menulis tidak hanya menyangkut BAKAT, tetapi juga
keinginan kuat, waktu yang diluangkan, serta ide-ide. Tetapi, sebelumnya kita akan melihat ke
belakang, apa yang membuat seseorang menjadi penulis kreatif :
• Saya ngin mempelajari lebih banyak lagi mengenai diri saya sendiri
• Saya ingin mempelajari lebih banyak lagi mengenai dunia
• Saya ingin mengobati luka lama
• Saya memiliki cerita yang sudah lama banget ingin saya share
• Saya memiliki informasi untuk di-share
• Saya ingin menghibur orang banyak dengan ‘the power of my pen’
• Saya ingin menciptakan dunia sebagai tempat yang lebih baik
• Saya ingin mencapai mimpi-mimpiku
“My goal as a writer isn’t to change the world. I’m content to brighten someone’s weekend.”
—Debbie Macomber
Kalau kamu menjawab at least 1 dari 8 pernyataan di atas, berarti kamu memang ingin menjadi
seorang creative-writer ?.
The problem is: how to start writing? How to create a story? And what is creative writing?
Dimulai dari belakang, menulis kreatif (creative writing) adalah suatu penulisan dengan menggunakan
bahasa yang imajinatif dan ‘berani’. Dalam hal ini, ‘berani’ adalah berani menggunakan bahasa yang
mendobrak norma baku. Contoh perbedaan antara tulisan kreatif dan yang bukan :
Creative writing sendiri terbagi menjadi 2 golongan besar, yaitu : fiksi dan non-fiksi.
Non-fiksi merupakan tipe penulisan mengenai orang serta kejadian yang sesungguhnya. Yang masuk
dalam kategori ini a.l. : essay, biografi, otobiografi, artikel, dan memoirs (cerita seseorang tentang
kehidupannya sendiri).
“I was a financial journalist and I did love to write. I used to read novels avidly on the train—and
one day I just decided to try and write one. As soon as I started, I knew I’d found the thing I
wanted to do.”
—Sophie Kinsella, author of Confessions of a Shoppaholic
Fiksi adalah penulisan yang menceritakan tentang kejadian-kejadian yang ‘direkayasa’, lengkap
dengan karakternya. Kadangkala, fiksi dapat berupa kejadian imajinatif yang serupa dengan kejadian
nyata hari-hari, sehingga tidak 100% direkayasa. Fiksi sendiri terbagi menjadi 4 kategori utama :
• Cerpen
• Novel
• Skenario film dan TV
• Drama
Lebih lanjut lagi, kita akan membahas secara khusus mengenai cerpen dan novel.
“I want it to be the kind of book that will stick with them a bit, the way books I liked when I was
that age stuck with me”
—Ann Brashares, author of Sisterhood of The Traveling Pants
Bab 2. Novel & Cerpen
Novel dan cerpen merupakan 2 kategori yang akrab banget di telinga maupun ‘mata’ kita, apalagi
sekarang banyak sekali buku-buku teenlit—baik dalam maupun luar negeri—yang membuat kita
semakin betah berlama-lama di depan buku… ?
“Hampir tujuh tahun, saya ada di bidang kedokteran dan itu jadi selling point bahwa setiap
penulis punya style berbeda.”
—Nova Riyanti Yusuf, penulis Mahadewa Mahadewi
Novel
a. Adalah karya panjang dari sebuah fiksi
b. Elemen-elemennya (plot, karakterisasi, tema & setting) dibangun secara mendetail
c. Terdiri dari 1 plot utama dan beberapa sub-plot pendukung
d. Karya fiksi yang lebih pendek dari novel namun lebih panjang dari cerpen disebut novella
“It’s completely overwhelming, seeing the name of my book in print somewhere official. What a
dream came true!” — Lauren Weisberger, author of The Devil Wears Prada
Cerpen
a. Adalah karya singkat dari sebuah fiksi
b. Juga memiliki elemen plot, konflik, karakter, setting & dialog, namun biasanya hanya fokus
pada 1-2 karakter dan 1 kejadian
c. Cerpen cenderung ‘memperlihatkan’ karakter si tokoh pada 1 momen penting daripada
membangunnya melalui beberapa kejadian
d. Dengan membaca cerpen, pembaca dapat menarik kesimpulan & kesan secara menyeluruh,
walau hanya berdasarkan 1 momen/kejadian penting tersebut
Memilih Genre
Genre adalah kategori dari suatu penulisan. Secara umum—dan global—ada 5 genre utama dalam
industri penulisan novel, baik itu untuk anak-anak, remaja, maupun dewasa. So, in this case, teenlit
also has those big 5 categories. 5 genre utama ini a.l. :
1) Romance — inilah genre yang paling banyak dibuat ceritanya! Sebuah buku dikatakan bergenre
romance hanya apabila bertemakan romance—nggak sekedar cewek & cowok jatuh
cinta, tetapi ide dasar & plot keseluruhan cerita harus mengenai romance… serta tentunya
harus terjadi ‘chemistry’ antara the hero dan the heroine.
2) Fantasy — genre yang menceritakan kejadian-kejadian yang tidak mungkin terjadi di dunia
nyata. Biasanya terdiri dari karakter, kejadian, serta setting yang imajinatif.
3) Science-Fiction — merupakan sub-genre dari fantasy, karena menyertakan isu science dan
teknologi. Biasanya sci-fi ber-setting di masa depan, planet yang jauh, maupun melibatkan
alien.
4) Mystery— genre ini memaparkan tema misteri—biasanya tentang pembunuhan. Ceritanya
bernuansa menegangkan, dan seringkali membutuhkan ‘otak’ untuk ikut mengurai serpihaserpihan
kejadian yang berlangsung.
5) Horor— pada dasarnya genre ini mirip sekali dengan misteri. Tetapi horor memiliki intensitas
ketegangan yang lebih mencekam karena melibatkan ghostly stuff.
Bagi penulis, pemilihan genre berguna untuk mengkomunikasikan apa yang ada di otaknya, ide
dasarnya. Let’s say… kamu ingin menceritakan sesuatu tentang cewek SMA yang menemukan rumah
tua yang katanya berhantu, dimana ia ingin menyelidiki kebenaran rumors tsb. In this case, you won’t
classify this as a romance, right? ?
Dan tidak tabu kok, kalau kalian ingin ‘mencampur-aduk’ genre satu dengan genre lain, misalnya:
membuat cerita horor yang berlatarkan romance, maupun cerita romance yang ber-setting-kan
science-fiction. Apapun itu, sebuah cerita akan menjadi enak untuk dinikmati apabila memiliki
backbone (struktur dasar) yang jelas, serta plot/alur mengalir.
How to make a great backbone?
OK, firstly it came down by getting and constructing the raw ideas…
Bab 3. Start from Scratch
Kalau kamu ingin menulis, berarti kamu harus mempunyai sesuatu untuk ditulis, kan?
Well, itulah yang dinamakan ide.
Unleash your inner creativity
Ide merupakan hasil olahan kreatif dari otak kita, atas sesuatu yang kita temukan, kita rasa, kita
gabungkan satu per satu, atau bahkan.. sesuatu yang benar-benar kita ciptakan sendiri. Apabila kita
tahu akan menulis apa, berarti kita sudah dapatkan ide tersebut. Tetapi kalau kita stuck melihat blank
paper di depan kita tsb, berarti ide tersebut masih harus kita temukan…… how?
“Much of what is in The Princess Diaries books is taken directly from my own diaries that I kept
when I was in high school…” — Meg Cabot
Berikut adalah beberapa cara ‘meng-ada-kan’ ide-ide tersebut:
1) Jadilah pendengar dan pemerhati
Kejadian yang menimpa kita maupun yang terjadi di sekitar kita—di sekolah, di rumah, di
ekskul, di mall, bisa jadi sumber inspirasi cerita kita, kalau kita mau benar-benar ‘membuka
mata dan telinga’. Contohnya, Ann Brashares penulis Sisterhood of The Traveling Pants
(Celana Persaudaraan) mendapat ide untuk teenlit tsb saat ia sedang mendengarkan
temannya curhat tentang saling berbagi celana panjang selama liburan, dimana celana tsb
akhirnya hilang di Kalimantan! As simple as that ?
“I find that reading is, for me, the best way to keep up with current and cutting-edge
technology…” — Michael Crichton, author of Jurassic Park
2) Write what ‘haunts’ you a lot
Pernah kan kamu merasa penasaran ½ mati, kepikiran melulu akan sesuatu? I did. Yaitu
mengenai: kenapa sih cowok selalu ‘berbeda pendapat’ ama cewek, kenapa sesuatu yang
Simply Being a Writer! by Sitta Karina 8
menurut cewek romantis, tapi menurut cowok tidak? Dari situlah, saya mencoba menilik lebih
jauh tentang karakter oposisi cewek-cowok hingga lahirlah “Diaz & Sisy”.
3) Elaborate things!
OK, ini adalah cara terakhir untuk memunculkan ide kalau 2 cara di atas belum berhasil. Coba
deh ‘mengkhayal & mencampur-adukan’ beberapa hal menjadi 1 kalimat utama. Misalnya, di
Starbucks, ex-kamu tiba-tiba nongol bersama cewek barunya… tetapi (di otakmu) ada cowok
lain yang datang bersamaan, yang ternyata temen kompleks kamu jaman SD, yang dulu jelek
banget, dan sekarang dia extremely gorgeous!
Intinya, lihat lalu khayalkan!
“Idenya pas bikin novel adalah pas dicurhatin oleh temen-teman…” — Fira Basuki, penulis trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap
Journaling
What is a journal?
Kebanyakan orang mengira jurnal hanyalah buku tempat kita menulis apa saja yang harus kita
lakukan tiap hari. OK, big mistake. Dan jurnal sama sekali berbeda dengan yg namanya diary.
Pikirkan jurnal sebagai…
Sebuah kotak deposit besar yang menampung sesuatu berharga: your thoughts
A sketchbook untuk gambar, karikatur, lukisan, maupun sekedar corat-coret
Tempat yg aman untukmu menyelesaikan masalah & mencurahkan pengakuanmu yang
terbesar
Foto album, lengkap dengan comment-nya
Kumpulan quotes yg (bisa) lucu, inspirational, maupun penuh penegasan
Jurnal merupakan buku ide, kumpulan pemikiran, emosi, serta refleksi diri kita.
“Carry a note-book as you never know when inspiration will strike!” — Cathy Hopkins, author of Mates, Dates series
On this blank piece of paper…
Berdasarkan pengalaman, apalagi sebagai pemula, hal tersulit (setelah mendapatkan ide) adalah
menuangkannya di atas kertas putih, atau mungkin di layar komputermu.
Here’s the step-by-steps you could try ?:
1. You are now a writer. Artinya kamu menjadi ‘orang lain’. Jadi jangan malu-malu, dan tulis
apapun itu yang bergumul di pikiranmu.
2. Buat OUTLINE cerita (cerita ini tentang apa? Alurnya dari awal-akhir—secara ‘kasar’ dan
singkat).
3. Selalu berpedoman pada prinsip: opening - persoalan inti - klimaks - antiklimaks - closing
4. Buat chapter pertama yang eye-catching! Pilih kata-kata yang tepat, persuasif, komunikatif,
dan membuat pembaca ingin membalik ke halaman berikutnya.
5. Untuk membantu karakterisasi tokoh, ingatlah tokoh cerita favoritmu dan jadikan dia ‘nyata’
dalam ceritamu—of course, sesuai versimu sendiri ?
6. Kembangkan outline (no.1) menjadi plot dan sub-plot per chapter-nya. Lalu kembangkan subplot
itu menjadi cerita nyata. Remember, chapter per chapter.
“Write what you like to read most; it is what you’ll write best.” —Susan Kyle aka Diana Palmer
Bab 4. Elements of Writing Novel
Ada 7 elemen utama yang penting banget dalam menulis sebuah cerita—terutama novel.
Tema
What is my story about?
What is the purpose of my story?
2 hal di atas adalah pertanyaan wajib yg harus kamu jawab sebelum mulai membuat cerita, barulah
setelah itu akan terbentuk TEMA cerita.
Tema adalah struktur dasar (backbone) cerita yang mendasar dan amat penting. Dengan tema, desain
keseluruhan ceritamu akan tepat, kata-kata akan mengalir, dan karaterisasi tokoh dapat terbentuk
lebih baik.
“Theme, theme, and theme. That’s the very first thing pop up in my mind when I’m ready to
create new story.” — Nicholas Sparks, author of A Walk to Remember and The Notebook
Plot
Plot adalah sesuatu yang terjadi atau dilakukan oleh si tokoh/karakter. Buatlah plot dalam point-point
penting, lalu pecah lagi dalam sub-plot (apabila perlu). Jangan lupa sertakan KONFLIK.
Konflik terjadi karena aksi-reaksi dari para karakter tsb. Dalam konflik ini, karakter akan ‘fight for a
goal’, ‘learn in the process’, serta ‘grow’.
Itulah hidup—dan begitu juga dengan cerita yg kalian buat… ?
“Having only imagination is not enough. You have to go through the core of the story and feel
every single breath of it.” — Stephen King
Setting
Merupakan latar belakang tempat, waktu, serta keadaan dari cerita tsb. Setting memiliki peran dalam
mempengaruhi mood/atmosphere cerita, serta membuat cerita kita lebih realistis.
“If you’re going to have a complicated story you must work to a map. Otherwise you can never
make a map of it afterwards.” — J.R.R. Tolkien, author of The Lord of The Rings and The Hobbit
Point of View
Point of View/sudut pandang adalah posisi yang digunakan penulis dalam menceritakan ceritanya. PoV
terdiri dari 3 macam:
1) Sudut pandang orang pertama
Menggunakan kata ‘aku,saya,-ku’. Pemilihan terhadap PoV ini dikarenakan penulis:
a. membuat cerita lebih ‘personal’
b. Menyelami pemikiran 1 karakter saja
c. membuat seolah-olah penulis langsung berbicara dengan pembaca
2) Sudut pandang orang ketiga—terbatas
Menggunakan kata ‘dia,mereka,-nya’. Pemilihan terhadap PoV ini dikarenakan penulis:
a. menyediakan lebih banyak info tentang para karakter & kejadian-kejadian
b. memperlihatkan kejadian melalui mata dari 1 karakter
c. Encourage pembaca untuk mencari tahu tentang si karakter
Pada PoV ini, penulis tahu karakter seseorang seolah-olah atas apa yang dilakukan & dikatakan
karakter lainnya, sehingga pembaca dapat menilai keseluruhan cerita dengan lebih obyektif.
3) Sudut pandang orang ketiga—tak terbatas
Menggunakan kata ‘dia,mereka,-nya’. Pemilihan terhadap PoV ini dikarenakan penulis:
a. menciptakan full view tentang semua karakter & kejadian
b. memperlihatkan apa yang semua karakter rasakan dan pikirkan
c. menciptakan sudut yang luas terhadap keseluruhan cerita
Perbedaannya dgn no.2 adalah: si penulis di sini menjadi orang yang ‘tahu segalanya’.
Pembaca berkesempatan menilai cerita dari segala aspek, dan dapat lebih obyektif lagi
daripada PoV orang ke-3 terbatas.
Karakterisasi
Dalam cerita ada yg namanya tokoh utama (main character) dan tokoh pengganggu (obstacle
character).
• Tokoh utama : tokoh yang memiliki belief sesuai dengan filosofi/goal dari cerita. Ia juga tokoh
yang mendapat simpati & paling dicintai pembaca. Biasanya tokoh utama adalah si protagonis
(the good guy).
• Tokoh pengganggu : tokoh yang memiliki belief bertolak belakang dengan filosofi/goal cerita,
sehingga terjadi konflik dengan si tokoh utama. Ia disebut juga si antagonis (the bad guy).
“Every good book begins with good characters.” — Jasmine Creswell
Penulis dapat menciptakan karakter yang tak terlupakan melalui karakterisasi, yaitu beberapa cara lain
untuk mengatakan/memperlihatkan kepada si pembaca mengenai karakter dalam cerita, a.l. :
1.Sifat karakter. Contoh: ketus, ramah, suka bercanda
2.Aksi dari karakter.
3.Latar belakang karakter. Contoh: masa kecil, pengalaman masa lalu
4.Reaksi dari satu karakter terhadap sifat karakter lain
5.Dialog para karakter
6.Perasaan, pemikiran, serta keinginan si karakter
7.Komentar dari karakter lain tentang orang tsb
8.Perasaan, pemikiran, dan aksi dari karakter lain
9.Komentar langsung dari penulis mengenai sifat asli & kepribadian karakter tsb
Here’s some tips to bring characters to life:
o Cari nama yang (menurut kamu) sreg dan unusual!
o Beri si karakter sebuah history atau latar belakang (ia nggak tiba-tiba muncul, kan?
Keberadaannya di dalam cerita pasti memiliki suatu alasan)
o Beri dia sense of style tertentu (sesuai dengan setting & backbone ceritamu)
o Think about his/her taste. (what she like/dislike? Favorite things?)
“Don’t blab your story out to everyone. Only show it to those who will give constructive criticism.” — Sitta Karina, author of Lukisan Hujan
Description
Deskripsi merupakan penciptaan dari mental images yang membuat pembaca ‘melihat’ dan mengalami
suatu perasaan & kejadian seperti dirinya yang menjadi tokoh dalam cerita tsb.
Deskripsi yang ‘tepat’ menciptakan mood yang akan menggelitik emosi pembaca.
Coba bandingkan 2 bagian kalimat di bawah:
A
Hari ini langit cerah.
Alika dan Dimaz memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman karena mereka memiliki waktu luang,
dimana pada minggu sebelumnya keduanya sibuk, hingga mereka hampir lupa akan tempat ini.
B
Di hari ini untung saja matahari membagi sinarnya yang tidak terlalu terik, serta semilir angin sejuk juga ikut
menambah cerah suasana yang sempat dingin menyelimuti Alika dan Dimaz.
Cerah dan damai. Bahkan lembutnya wangi bunga mawar pink itu ikut menggelitik hidung Dimaz.
Benar-benar kini waktu yang tepat untuk sekedar leha-leha di taman, setelah seminggu penuh keduanya
disibukkan dengan segala rutinitas yang membuat kian sesak bernapas. Kesibukan yang membuat keduanya
hampir tidak dapat menikmati keindahan tempat rahasia berdua ini lagi.
See the difference, right?
Dalam memaparkan deskripsi, penting sekali bagi penulis untuk memberikan detail.
Detail yang tepat, dimasukkan pada saat yang tepat, memberi kesempatan pembaca untuk menyelami
pemikiran inner karakter; ke dalam rasa takut, penasaran, stres, senang, benci.. yang kadang tidak
dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata ‘ia senang’, ‘mereka nampak sedih’, dsb.
Deskripsi tidak dibuat begitu saja, mengalir saja. Deksripsi harus dipikirkan baik-baik, karena dari awal
cerita berjalan sampai cerita itu selesai, deskripsi menciptakan impression, sudut pandang, inti sari
cerita bagi si pembaca.
Seorang pembaca dapat menikmati cerita tsb—tergantung ketepatan dan relevansi deskripsi yang
dipaparkan penulis.
“saya senang banget kalau ternyata “buah keisengan” saya waktu SMP bisa terbit dan dibaca
teman-teman…” — Dyan Nuranindya, penulis Dealova
Quotes & Dialogue
Dialog bukan sekedar percakapan, karena dialoglah yang membuat cerita terus berjalan.
Ada 4 tujuan utama dari suatu dialog:
• Memaparkan informasi tentang latar belakang karakter atau backstory
• Menambah tensi/ketegangan dari suatu kejadian/adegan
• Membuat cerita terus bergulir (flowing)
• Memperlihatkan motivasi, emosi, perkembangan, dan perspektif dari si karakter
Hindari pengulangan informasi dalam suatu dialog, maupun percakapan basa-basi yang tidak memberi
info apapun. Contoh:
“Hai, Ga. Apa kabar?”
“Baik, Ko. Elo gimana?”
“Baik juga. Baru pulang lo? Tadi pergi ke mana?”
“Ke Blowfish. Elo dari mana?”
“Dari rumah temen. Ada acara apa di Blowfish?”
“Friendship Night SMA gue.”
“Oh. Ketemu Adis dong…”
Itu hanya sepenggal percakapan antara Aga dan Yuko. Bukan dialog.
Sebaiknya dialog yang terjadi antara Aga dan Yuko diubah menjadi seperti ini:
“Hey, Ga,” Yuko menyapa cowok di seberangnya, setengah terkejut, sampai suaranya turun seoktaf
lebih rendah,”apa kabar?”
“Baik, Ko,” respon Aga, sama kagetnya. “Elo sendiri… gimana?”
Mereka saling bertanya dari mana gerangan masing-masing selarut ini. Dan Yuko adalah orang yang
pertama kali terdiam ketika mendengar tempat tujuan sang sobat barusan. “Friendship Night SMA gue.”
Adis, batin Yuko, terasa miris di hatinya.
“Ada Adis di sana?” tanya Yuko, menjaga agar suaranya tidak bergetar.
“Yeah, ada.”
Yuko ingin berteriak marah. Kalah.
Setelah lama mereka bertiga mencoba mendinginkan kepala masing-masing, ternyata pada akhirnya
Adis memilih Aga. Bukan dirinya…
Jangan lupa untuk selalu menggabungkan dialog, dengan deskripsi, serta detail yang tepat, OK? ?
“Saya hanya menulis apa yang saya rasa. Kebetulan saya perempuan, saya menulis tentang
perempuan.” — Djenar Maesa Ayu, penulis Mereka Bilang, Saya Monyet
QUOTE (ucapan) seseorang yg langsung harus selalu menggunakan tanda petik (‘ dan “).
Berikut ini adalah pedoman penggunaan tanda petik tunggal (‘) dan ganda (“) yang baku pada direct
quotation:
o Shina berkata,”Tenang saja. Besok masih ada waktu.”
o “Jangan bergerak,” bisiknya dengan bengis, “atau kukubur benda ini selamanya.”
o Siapa yang bertanya “apakah besok libur?”
o Reno menjelaskan,”Tadi Bianca berkata,’Bajunya dibuang saja.’ ”
o Inez berseru dengan ceria,”Semalam aku dan Niki nonton ‘Alexander The Great’ di PIM.
Sumpah, Collin Farrell ganteng berat!”
Bab 5. Other Important Stuff
Riset
Sesimpel, sependek apapun cerita yang kamu buat, awali dengan sebuah riset, karena riset
mendukung kekuatan backbone cerita kita.
Apabila kita membuat cerita berlatar belakang modern life, urban and ‘wild’ people… sangat mungkin,
kita bertanya kanan-kiri, ataupun langsung mengunjungi on the spot, untuk melihat seperti apa
nightlife yang menjadi latar belakang para karakter ‘wild’ kita itu.
Judul Cerita
Never say “what’s a title good for, anyway?”
Selain karena cover buku, sinopsis cerita, seorang calon pembaca tertarik pada suatu buku karena
judulnya.
Judul cerita/buku memberikan ‘warna’ terhadap keseluruhan karya tersebut, serta menimbulkan
penilaian umum oleh pembaca terhadap: seperti apa setting cerita tsb, sense of style, serta kepada
jenis pembaca seperti apa buku ditujukan (segmentasi pembaca).
Contoh: coba bandingkan antara judul ‘Biola Tak Berdawai’ karya Seno Gumira Ajidarma dengan
‘Fairish’ karya Esti Kinasih.
“I would write for an hour each morning, then start to work—60 to 80 hours per week, as a State
Representative. My goal was simply to finish the first manuscript. It was only a hobby, a very
secret one.” — John Grisham, author of A Time to Kill and The Painted House
Timeline
Jangan paksakan semua hal kecil menyangkut cerita dalam memori kita. Percaya deh, kamu pasti
gampang lupa. Setiap kita menyelesaikan satu draft atau chapter dari cerita, luangkan waktu untuk
membuat timeline pada notes/komputer secara kronologis, agar akurasi dan relevansi cerita tetap
terjaga. Contoh:
CHAPTER 5
Week 1, Sunday: Adry menjemput Lilla di bandara lalu menitipkan di rumah Inez
Week 3, Monday: Lilla pergi dengan Chris ke festival film. Ini pertama kalinya Lilla naksir Chris
Week 4, Friday (night): Lilla dan Adry kembali ke Jerman
Fun with editing
Sebelum menyerahkan karya kita pada penerbit manapun, SELF-EDITING adalah hal yang amat
penting, dan harus dilakukan berkali-kali dengan sabar dan teliti. You might be surprised how many
mistakes you have made so far ?
Dengan meng-edit cerita kita yang telah selesai, maka kita melakukan:
Perbaikan terhadap huruf/kata/ejaan yang salah
Perbaikan terhadap tanda baca yang kurang tepat
REVISI terhadap kejanggalan-kejanggalan dalam pemaparan deskripsi, dialog, karakterisasi,
sampai pada plot yang melenceng dari tema cerita
Writer’s Block
Setiap penulis—terkenal maupun tidak—pasti pernah mengalami kebuntuan dalam menulis atau
writer’s block. Hal ini manusiawi sekali, dan kalau dipaksakan malah akan menghasilkan karya yang
nggak bagus.
“I do have to be in the mood to write. No point sitting down every day and just writing. If I’m
bored my readers will be bored, so I always wait for inspiration to strike.”
—Jane Green, author of Jemima J and Mr. Maybe
Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi writer’s block:
a. Do your favorite things
Kamu suka hang out di coffee shop? Suka dance? Suka berdandan gothic lalu teteriakan di
depan cermin? ? Well, apapun itu—dan senorak apapun—lakukan sesuatu yang membuatmu
hati kamu senang, and let the feeling knock your imagination.
b. Listening inspiring music
Saya baru menemukan belakangan ini, bahwa dengerin instrumental piano—terutama dari CDCD
OST drama/kartun Jepang adalah sesuatu yang amat inspirational, serta dapat membentuk
mood tertentu untuk membuat cerita! Coba cari apa musik favoritmu, dan jadikan itu BGM
(background music) tiap kamu menulis.
c. Going to unusual places
Bosen dengan rutinitas nonton di bioskop? Coba sekali-sekali dateng ke acara diskusi film
independent temanmu di kampusnya, dan lihatlah bagaimana suasana—serta orang-orang—
baru menimbulkan ‘spark of idea’ di otakmu.
d. Messing up in your sketch/notebook
Corat-coret… gambar-gambar… atau sekedar bikin sepenggal kalimat yang benar-benar ‘suara
hati’. Jangan sungkan. Toh orang lain nggak perlu lihat, kan?
e. Create new and different story
Ini yg paling seru. Saat kamu stuck dengan satu cerita yg sudah terasa monoton, biasanya
otak kamu (tanpa disadari) menghasilkan ide lain yang bisa kamu jadikan cerita baru. Go write
them down, girls. Siapa tau cerita ini bisa menjadi the next big thing kan?
Writing as theraphy
Pernah dengar cerita, bahwa dulu di Virginia, USA, ada seorang cewek high-school yang tidak jadi
bunuh diri, setelah ia menulis surat selamat tinggal karena dirinya akan bunuh diri?
Menulis bisa menjadi terapi untuk diri dan hati kita yang terluka. Karena kadang kita sulit untuk
menceritakan kepada orang di sekitar kita, maka dengan menulis kita dapat mengekspresikan
perasaan kita yang paling private sekalipun, mengubah rasa takut dan tertekan tersebut menjadi
determinasi dan keberanian, sampai akhirnya menjadi sekumpulan ide dan pemikiran yang… who
knows, bisa menjadi best-selling book ?
Dengan menulis, kita dapat menjadi lebih bijak dalam menilai masalah, karena perasaan kita terus
diolah sampai akhirnya mencoba untuk ‘terbuka’ dan ‘menerima’.
Bab 6. Some Useful Tips
a. Read, read, read
Kalau kamu melahap segala macam buku, kamu pasti tahu jenis cerita apa yang paling ingin
kamu tulis… dan seperti apa writing style kamu.
b. Don’t take rejection personally and never give up
Sebelum menjadi novel seperti ini, Lukisan Hujan pernah 4 kali ditolak! Mungkin penulis lain
ada yang kurang, ada juga yang lebih sering. Apapun itu, teruslah berkarya dan mengirim!
c. Write all the time
Kalau kamu memang suka—dan ingin—menjadi penulis, maka writing secara alami akan
menjadi bagian dari daily life kamu.
d. Always bring your ‘lil journal
Kamu lagi di eskalator dan melihat ekspresi dua orang di depan kamu lagi saling ngambek dan
kamu amazed dengan ekspresi wajah mereka. Although it sounds crazy, go write it down.
NOW. ?
e. Create a sympathetic character that readers will like
Pikirkan tentang apa yang sangat ingin ia capai di dunia ini—lebih dari apapun, serta apa saja
rintangannya.
f. Use 5 senses when writing a SCENE
How does it look, how it sounds, how it tastes, how it smells… and finally, how it feels?
TIPS MENULIS BAGI PEMULA
Bagi Anda yang ingin memulai menulis sebagai karir utama atau sekedar hobi untuk mengisi waktu luang, berikut ini beberapa tips yang mungkin akan membantu Anda. Tulisan ini dibuat bukan untuk maksud sok menggurui, tapi dibuat sekedar untuk berbagi pengalaman dengan para pembaca yang berkeinginan untuk menekuni dunia tulis menulis. Penulis artikel ini yakin bahwa banyak di antara pembaca yang mungkin membaca artikel ini jauh lebih mahir dan lebih mumpuni pengetahuan dan keahliannya dalam bidang tulis menulis. Baiklah berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dan bisa dijadikan pedoman untuk memulai sebuah tulisan.
1. Tetapkanlah suatu ide dasar / tema dari tulisan Anda. Kembangkan ide tersebut dalam suatu kerangka pemikiran / kerangka tulisan, yaitu buatlah semacam skema / bagan alur mengenai tulisan yang hendak dibuat. Banyak orang yang menyebut skema ini dengan “PARADIGMA TULISAN”.
2. Setelah membuat skema / paradigma tulisan, mulailah lakukan sedikit riset (banyak juga akan semakin bagus). Riset bisa berawal dari tulisan di buku-buku, berita di televisi, artikel-artikel yang menunjang baik di koran maupun dari internet. Riset juga bisa pula didukung dengan informasi dari narasumber, yaitu orang yang berkompeten di bidang kajian yang akan menjadi bahan penulisan kita. Pengambilan data dari narasumber bisa dengan metode random sampling (metode pemilihan narasumber/responden secara acak), snowball sampling (metode pemilihan narasumber/responden dari mulut ke mulut, dimana jumlah responden akan bertambah banyak ; misal kita datangi si A, lalu kita wawancara, kita mintai pendapatnya tentang topik yang akan menjadi bahan tulisan kita, lalu kita tanyai si A, siapa lagi yang bisa kita datangi untuk kita mintai informasi. Misalnya si A menyebutkan nama teman-temannya yang juga ahli di bidang itu, misalnya si B, si C dan si D. Maka selanjutnya kita datangi si B, si C dan si D untuk mengorek keterangan lebih lanjut, demikian seterusnya hingga jumlah responden semakin lama semakin banyak dan data/keterangan serta informasi yang kita butuhkan semakin valid dan teruji kebenarannya). Bisa juga kita melakukan survei, seluruh responden/narasumber yang berkompeten dalam bidang tersebut (100% semuanya kita wawancarai) kita minta keterangan tentang topik yang akan menjadi bahan tulisan kita. Metode survei ini meskipun bisa menghasilkan data awal yang cukup valid, namun membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dari ketiga metode pengumpulan data di atas, terserah kepada pembaca untuk memilih mana yang terbaik.
3. Dari hasil riset dan wawancara dengan nara sumber, mulailah untuk memilah-milah dan melakukan penggolongan informasi tersebut dalam beberapa kategori. Tiap versi yang berbeda dari hasil riset belum tentu salah 100%, namun perlu kita telaah lebih jauh dan kita lakukan analisa berdasarkan cara berpikir secara sistematis dan logis. Mungkin saja potongan-potongan informasi tersebut merupakan secuil saja dari sejumlah besar informasi yang bila kita gabung-gabungkan dan kita analisa secara mendalam akan menghasilkan suatu gambaran global (the big picture) dari suatu masalah / topik yang akan kita bahas. Bahasa sederhananya, yaitu kita ibaratnya mencari potongan-potongan informasi seperti halnya kalau kita mengumpulkan potongan kepingan gambar dalam permainan puzzle, lalu kita akan satukan potongan-potongan kecil itu pelan-pelan (gak usah terburu-buru, karena hasilnya tentu kurang bagus dan bisa saja analisa kita menjadi salah dan tulisan kita tidak valid), hingga akhirnya kita akan memperoleh hasil akhir yaitu gambar utuh yang bisa kita pahami. Ooo ternyata ini gambar sapi toh ? Kalau kita melihat sesuatu hanya sepotong sepotong lalu buru-buru kita lakukan analisa tentu analisa kita bisa saja salah bukan ?
4. Dalam melakukan pembahasan dalam tulisan kita (memulai menulis), bisa saja kita membahas mulai dari hal-hal yang global dulu, baru kemudian sampai ke hal-hal yang kecil/detil. Namun bisa juga kita mulai dari hal-hal yang kecil (potongan-potongan informasi yang berhasil kita kumpulkan) baru kita satukan dan kita bahas hingga kita bisa menyimpulkan gambaran global / keseluruhan pandangan dari suatu masalah (misalnya, dari pembahasan mengenai, buntut, kaki, perut, kepala, telinga, mulut, mata dan hidung, akhirnya kita sampai pada pembahasan mengenai makhluk apa yang kita bahas tadi. Ooo ternyata ini sapi !). Metode pembahasan dan penulisan mulai dari hal-hal kecil / potongan-potongan informasi yang kemudian disatukan dalam suatu kesimpulan akhir tentang sesuatu itu, biasa kita temui dalam tulisan-tulisan novel atau bahkan film misteri yang kita tontong di bioskop atau televisi.
5. Mengenai alur waktu kita bercerita (misal dalam penulisan cerpen atau novel), bisa kita menggunakan alur runtut (dari awal sampai akhir waktunya urut dan runtut/berkesinambungan), flash back (penceritaan dimulai dari bagian akhir dulu, kemudian baru diceritakan dari awal asal mula kok bisa terjadi seperti yang di bagian akhir itu), atau bahkan alur cerita gabungan antara alur cerita yang urut dengan alur cerita yang flash back. Namun alur cerita gabungan, bila kita tidak pandai-pandai mengolah kata dalam tulisan kita, bisa-bisa kita malah membingungkan para pembaca (ingat tidak semua pembaca yang membaca tulisan yang kita buat adalah orang dengan kecerdasan yang mencukupi, karena mungkin saja ada beberapa dari mereka yang agak telmi/telat mikir. Oleh sebab itu lebih baik tulisan dan gaya bercerita atau penyajian tulisan kita seharusnya dibuat sesederhana mungkin dan bisa dimengerti oleh semua orang. Hindari bahasa-bahasa para pejabat yang pakai istilah-istilah adaptasi dari bahasa asing yang sok keren, pakailah istilah dalam bahasa Indonesia yang mudah dimengerti).
6. Mengenai gaya bercerita, sebaiknya kita memakai gaya bercerita kita sendiri, dengan kata-kata yang sederhana, mudah dimengerti, pembahasan jangan terlalu berbelit-belit, pakailah perumpamaan-perumpamaan yang mudah untuk menjelaskan sesuatu yang mungkin sedikit rumit, sehingga dengan adanya perumpamaan itu para pembaca bisa terbantu untuk memahami apa yang kita maksud. Dalam menulis, sebaiknya kita tidak perlu terlalu kaku dalam hal pemilihan diksi (pemilihan kosa kata), bisa saja kita pakai bahasa gado-gado (Indonesia-Jawa), walaupun tidak selalu disarankan. Pendek kata, kita menjadi diri sendiri saat kita menulis sesuatu. Jangan pernah berusaha meniru gaya bercerita orang lain dari tulisan tertentu yang pernah kita baca. Tiap orang adalah pribadi yang unik, yang memiliki ciri khas dan tentu saja cara bercerita dan cara penyampaian isi pikirannya tentu akan berbeda-beda. Justru dengan ciri khas gaya penulisan dan cara bercerita kita yang unik itulah, maka akan menjadi semacam kekhasan kita (bahasa kerennya “trade mark kita”). Seperti halnya dalam dunia musik, setiap penyanyi tentu punya style/gaya dan penampilan serta genre (tema musik) yang tersendiri.
7. Tema apa yang bisa kita sajikan dalam tulisan kita ? Mulai saja dengan menulis sesuatu yang sederhana yang ada di sekeliling kita. Para penulis bisa saja mengambil topik mengenai pengetahuan ilmiah, pengetahuan umum, hobi dan ketrampilan, tutorial perbengkelan/otomotif, keagamaan, pengalaman hidup yang membawa hikmah, tutorial memasak, tutorial komputer, tutorial HP, tutorial bercocok tanam/tanaman hias, tutorial desain atau bahkan tentang tips dan tutorial mengenai tata rias kecantikan, berbagai macam humor seputar dunia sekolah, kekonyolan teman, kehidupan di rumah, diri kita sendiri, atau bahkan obyek benda mati yang paling remeh sekalipun (sebagai obyek penderita yang kemudian dianggap seakan-akan sebagai makhluk hidup yang mempunyai perasaan dan emosi. Di situlah kemampuan kita untuk menceritakan segala hal maupun kejadian yang terjadi di sekitar obyek benda mati tersebut, sehingga seakan-akan obyek benda mati tersebut sebagai saksi hidup yang bisa menceritakan segala hal yang terjadi dari sudut pandang si benda mati itu. Dengan kata-kata dan diksi yang tepat dan berkesan lugu dan polos, untuk menggambarkan setiap kejadian dan berbagai hal yang terjadi maka semua gambaran ilustrasi dalam bentuk cerita itu sudah bisa disebut sebuah karya cerita pendek yang cukup unik). Baiklah, misalnya saja kita tetapkan saja kertas tissue toilet sebagai obyek yang akan kita bahas. Kita pura-puranya memposisikan diri kita sebagai kertas tissue toilet tersebut, lalu kita bisa berangan-angan/membayangkan dan tentu saja berimajinasi apa saja yang akan dilakukan orang dengan kertas tissue toilet tersebut. Tentu saja akan muncul berbagai “versi” cara orang menggunakan kertas tissue toilet tersebut, dan bahkan mungkin ada orang yang tidak menggunakan kertas tissue toilet itu sebagaimana fungsinya. Kita bisa juga membayangkan dan membahas tentang berbagai tipe orang yang masuk ke kamar kecil / toilet (tempat kertas tissue itu berada), mulai dari orang yang lemah lembut, grusa-grusu, sampai orang yang jorok sekalipun. Semakin unik dan semakin polos kita menggambarkan sesuatu yang berhubungan dengan kertas tissue dengan orang-orang yang menjadi pengunjung toilet, serta semakin kita bisa membawa pembaca untuk lebih “menghayati” akan “penderitaan” si kertas tissue, berarti tulisan kita sudah cukup komunikatif dengan para pembaca.
8. Bagi penulis yang tema tulisannya lebih banyak ke masalah teknis atau tutorial mengenai suatu topik tertentu, misalnya tentang Hand Phone atau komputer, tulisan tentang resep masakan, atau yang lainnya, sangat disarankan agar tulisan sebaiknya diberi ilustrasi/gambar pendukung baik gambar buatan tangan ataupun mungkin foto-foto pendukung yang “bisa memberikan gambaran” kepada para pembaca agar tulisan kita lebih komunikatif dan interaktif dengan para pembaca yang mungkin masih awam.
9. Jangan terlalu tegang dan takut salah, santai saja saat kita akan memulai menulis tentang sesuatu. Biasakan membawa buku/notes kecil atau bahkan beberapa helai potongan kertas dan bolpoin kemanapun kita pergi. Atau bahkan mungkin flash disk bagi yang mampu membelinya, Siapa tahu kita bertemu dengan hal-hal yang bisa menjadi ide untuk bahan tulisan kita, maka kita akan dengan mudah membuat poin-poin penting yang bisa dicatat di selembar kertas yang kita bawa tadi. Atau bahkan orang / kenalan yang membawa laptop yang berisi data-data/bahan-bahan yang bisa mendukung isi tulisan kita, jadi kalau kita membawa flash disk, kita bisa meminta ijin untuk mengcopy file-file data pendukung yang mungkin dimiliki orang/teman kita di komputer laptopnya. Saat menulis jangan pernah membatasi sampai berapa halaman isi tulisan kita, karena biasanya para editor di koran, majalah atau penerbit pasti akan selalu mengedit tulisan kita. Dalam banyak kasus, tulisan kita yang semula pendek bisa disulap oleh penerbit menjadi tulisan yang sangat panjang dan detil, atau bahkan sebaliknya. Ini sesuai dengan pengalaman penulis artikel ini yang pernah mengirimkan naskah tulisan ke majalah HAI dan majalah INFO KOMPUTER. Di majalah HAI, artikel humor penulis yang saat itu panjangnya satu setengah halaman, bisa disulap oleh editor majalah HAI menjadi cukup dua alinea saja tanpa mengurangi makna isinya. Di majalah INFO KOMPUTER, naskah artikel penulis yang semula hanya tiga perempat halaman bisa disulap oleh redaksi/editor majalah INFO KOMPUTER menjadi dua halaman penuh yang dilengkapi pula dengan ilustrasi foto capture dari layar desktop komputer. Di tabloid PC Plus, tulisan penulis yang semula bernaskah mentah sebanyak 10 halaman plus ilustrasi, bisa disulap oleh editor tabloid tersebut menjadi dua halaman saja (karena tulisan dipersingkat, dan gambar ilustrasinya diperkecil ukurannya sehingga muat hanya dalam dua halaman saja).
10. Jangan pernah memperkirakan atau mematok harga mati berapa honor yang seharusnya kita terima, karena tiap media cetak atau penerbit memiliki patokan harga yang berbeda-beda. Ada yang memberikan patokan honor berdasarkan jumlah artikel / topik artikel yang dimuat (dimana per artikel dihargai mulai dari Rp 80.000,- s/d Rp 300.000,- ; ini untuk media dalam negeri/Indonesia. Media asing seperti beberapa majalah di Australia dan Amerika bahkan bisa memberikan honor yang lebih tinggi yaitu antara Rp 500.000,- hingga Rp 1.000.000,- per artikel yang dimuat ; nominal mata uang sebenarnya dalam dolar dan tentu saja setelah ditransfer ke rekening kita akan berubah menjadi rupiah). Ada pula beberapa media majalah yang memberikan patokan honor berdasarkan jumlah halaman cetak jadi yang dimuat di majalah tersebut dimana per halaman untuk tulisan yang dimuat dihargai antara Rp 70.000,- s/d Rp 100.000,-. Bahkan ada pula yang patokan honornya didasarkan dari jumlah karakter tulisan jadi yang dimuat di media tersebut. Tiap berapa puluh atau berapa ratus karakter dihargai Rp 50.000,- . Untuk yang ini honor yang diterima lebih lumayan, karena semakin banyak jumlah karakter tulisan kita, semakin besar honor yang kita terima, namun perhitungannya didasarkan pada hasil akhir yang dimuat (setelah diedit oleh tim editor media majalah atau koran) bukan dihitung dari naskah mentah yang kita kirim. Jadi penjelasannya begini, kalau tulisan artikel kita yang tadinya pendek karena diketik dalam 1 spasi atau satu setengah spasi dengan total halaman 2 lembar misalnya, bisa jadi setelah diedit dan dilayout oleh tim redaksi majalah, tulisan kita bisa disulap menjadi 4 hingga 6 halaman atau bahkan mungkin dipersingkat menjadi kurang dari naskah aslinya. Jadi semuanya tergantung dari kebijakan tim redaksi majalah yang kita kirimi naskah artikel kita. Biasanya, bila naskah artikel kita dimuat di suatu majalah kita akan diberikan edisi majalah yang memuat tentang tulisan kita secara gratis (disamping honor yang kita terima). Namun jangan terlalu banyak berharap karena tidak semua media cetak mempunyai kebijakan seperti itu. Bila tujuan kita menulis bukan untuk dimuat di majalah atau koran, melainkan untuk diterbitkan dalam bentuk buku, dari hasil obrolan dengan para penerbit, biasanya para penerbit memberikan royalti (hak cipta) yang dinilai dalam bentuk uang yang nominalnya biasanya sebesar 6% - 10% dari total penjualan / cetakan yang biasa dibayarkan setiap penerbit mencetak dan menerbitkan buku tulisan kita. Ada penerbit yang sekali cetak bisa berani mencetak ratusan buku atau bahkan ada yang sekali cetak bisa sampai 1000 buku atau bahkan lebih. Ada pula yang memakai sistem pembelian royalti “beli putus”, artinya setelah disepakati bersama, maka suatu naskah yang akan diterbitkan menjadi sebuah buku, dibeli “hak cipta”-nya dengan pembayaran di muka. Penulis tidak lagi berhak meminta royalti tiap kali penerbit mencetak ulang buku itu, walaupun ternyata menjadi best seller. Hal ini karena seluruh hak cipta sudah dipegang oleh penerbit, dan penulis tidak lagi berhak mengklaim royalti yang biasanya dibayarkan tiap tiga hingga enam bulan sekali. Keuntungan sistem “beli putus” adalah bila ternyata buku itu setelah diterbitkan tidak laku, penulis tidak rugi, karena ia sudah mendapatkan pembayarannya yang dibayarkan dimuka, sementara kerugian ditanggung sepenuhnya oleh penerbit. Namun bisa jadi kerugian besar bagi penulis bila ternyata buku yang sudah terlanjur dibeli hak ciptanya dengan sistem “beli putus” itu kemudian ternyata meledak menjadi best seller, penulis tidak bisa menikmati royalti yang biasa dibayarkan setiap 3-6 bulan atau saat cetak ulang. Semua tergantung ke masing-masing penerbit, dan juga kesepakatan kita saat penandatanganan perjanjian kontrak dengan penerbit. Maka berhati-hatilah dan pikirkan masak-masak mana yang dirasa paling baik untuk diri Anda sebagai penulis. Dalam komunikasi dengan penerbit, kita bisa berkomunikasi dengan telepon (untuk penerbit luar kota) atau mendatangi langsung ke alamat penerbit. Sedangkan untuk pengiriman naskah karya tulis kita bisa lewat pos, lewat e-mail atau bahkan diserahkan langsung dengan dibawa sendiri ke penerbit. Ada penerbit yang hanya meminta versi digital tulisan kita ; ini biasa disebut dengan soft copy (dalam bentuk file Ms-Word atau RTF) yang disimpan di disket atau CD atau dikirim lewat e-mail, dan ada pula yang bahkan meminta baik versi digital tulisan kita (dalam bentuk file Ms-Word atau RTF yang disimpan di disket atau CD) maupun versi cetaknya atau biasa disebut dengan print out (yang dicetak/di-print di kertas folio atau A4). Semuanya tergantung dari kebijakan masing-masing penerbit. Untuk itulah sebaiknya kita melakukan konfirmasi dan negosiasi dulu dengan penerbit tentang bentuk dan format naskah tulisan kita serta cara pengirimannya.
CARA JITU MENULIS CERPEN
Kenapa Kita Menulis?
Pertanyaan ini merupakan kunci motivasi seorang penulis. Untuk apakah kita menulis? Mari kita simak jawabannya melalui sebuah kisah nyata di bawah ini:
Usianya masih sangat muda, 13 tahun. Kala itu bulan Juni 1942, pertama kalinya ia menulis dalam buku diarinya. Beberapa bulan kemudian, bersama orangtuanya, ia bersembunyi di sebuah loteng gelap karena sedang diburu oleh rasisme Nazi yang sedang ganas-ganasnya. Seringkali ia mendengar suara deru pesawat tempur dan rentetan senjata api yang mengawang di atas Secret Annex itu.
Untuk mengisi hari-hari panjangnya di tempat persembunyian tersebut dan untuk mengatasi rasa takutnya, ia mencurahkan segala perasaannya dalam sebuah buku diari, catatan harian, yang dikemudian hari mengatarkannya menjadi seorang ‘pengisah sejati’ yang terkenal di seluruh dunia. Gadis itu bernama Anne Frank.
Aku berharap, demikian ia mengawali tulisannya pada diarinya yang diberinya nama Kitty, aku bisa mencurahkan isi hatiku padamu dengan cara yang belum pernah aku lakukan pada siapapun sebelumnya, aku harap kamu dapat memberi rasa nyaman dan juga semangat untukku.
Berbulan-bulan ia tidak melihat matahari dan tidak mengetahui dunia luar. Namun ia terus saja menulis, “…aku suka menulis, banyak hal yang terlampau menIk dan luar biasa dalam hatiku, akan aku tumpahkan lewat tulisan. Kertas memiliki kesabaran yang lebih ketimbang manusia.”
Pada bulan April 1944 ia curhat pada diarinya bahwa ia rindu ingin sekolah lagi, Andai perang tidak juga berakhir bulan September, aku tidak akan kembali ke sekolah… Memang Anne Frank tidak pernah lagi melanjutkan sekolahnya hingga akhir hayatnya.
Karena pada tanggal 4 agustus pagi, delapan orang yang bersembunyi di Secret Annex, termasuk Anne Frank, disergap oleh intelejen bayaran Nazi lalu digiring ke Penjara, lalu ke kamp pembuangan sampai akhirnya dicampakkan ke sebuah kamp mengerikan di dekat Hannover (Jerman) tahun 1945. Bersama dengan impian remaja dan cita-citanya, akhirnya Anne Frank meninggal dunia karena terlalu lelah, sakit dan lapar. Mayatnya dibuang ke sebuah pemakaman umum Bergen-Belsen. Ia mati dalam usia belasan tahun tanpa sempat tahu bahwa beberapa waktu kemudian, setelah perang usai, diari-nya ditemukan oleh petugas berceceran di lantai Secret Annex yang akhirnya menjadi sebuah dokumen sejarah yang dipublikasikan di seluruh dunia.
Nah, dari kisah di atas kita dapat memetik pelajaran penting bahwa menulis adalah sebuah cara untuk mendokumentasikan segala pikiran, pengalaman dan imajinasi kita ke dalam bentuk tulisan. Untuk melengkapi jawaban ini, saya masih ingin mengutip penggalan-penggalan bagus dari diari Anne, Saat aku menulis, aku dapat meluruhkan seluruh deritaku. Ketakutanku lenyap, gairah hidupku bangkit kembali! ….. aku berharap, semoga bisa, oh, aku sangat berharap, hanya dengan menulis aku dapat merekam segalanya, seluruh pikiran, ide dan fantasiku. Pada awalnya, si Anne tidak berpikir kalau buku diarinya akan dipublikasikan secara luas. Ia menulis untuk dibaca sendiri dan berdasarkan motivasi seperti yang diuraikannya di atas.
Sebetulnya, dipelajari atau tidak, menulis itu tetap mengiringi hidup kita sehari-hari karena memang sudah menjadi kebutuhan. Baik untuk kepentingan resmi seperti mengerjakan tugas sekolah/kuliah/kantor, maupun untuk keperluan yang lebih bersifat privasi seperti menulis surat cinta, sms atau menulis curahan hati di buku diari.
Sesuai dengan jenis tulisannya, aktifitas menulis memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Menulis laporan penelitian tentu tidak sama dengan menulis novel. Demikian juga dengan menulis artikel yang berbeda dengan menulis cerpen. Oleh karena itu menulis amat penting untuk dipelajari dan dipraktekkan.
“Kalau berbulan-bulan anda pelajari teori ‘berenang’ tanpa pernah menyentuh air, maka percayalah anda tidak akan pernah bisa berenang. Sebaliknya kalau anda dilempar ke dalam kolam renang dua atau tiga kali, besar kemungkinan anda akan otomatis menguasai teknik keseimbangan tubuh yang merupakan kunci utama ilmu renang. Demikian juga dengan ilmu mengarang. Anda harus akrab dengan buku dan alat tulis yang memang dikhususkan untuk mengarang”.
Kegiatan menulis sangat berguna, terutama dalam mendokumentasikan sesuatu, entah kisah hidup kita, kisah ‘special’ yang kita anggap perlu dikenang selamanya hingga peristiwa sejarah. Tradisi lisan mudah hilang dalam ingatan, sebaliknya tulisan akan selalu abadi sepanjang masa (begitu kata orang).
Berikut ini beberapa tips yang akan memudahkan anda dalam menulis, terutama menulis cerita pendek.
Menulis Harus Ada Minat.
Langkah pertama untuk menjadi seorang penulis adalah: ada keinginan yang kuat untuk menjadi seorang penulis. Ada gairah yang menggebu-gebu untuk menulis. Gairah ini akan mengantarkan kita pada semangat ‘saya pasti bisa’. Tanpa itu, hanya akan melahirkan seorang penulis iseng yang se-ala kadarnya saja.
Rajinlah Membaca.
Seringkali kita membaca buku hanya pada saat menjelang ujian (sekedar untuk kepentingan merebut nilai tinggi). Membaca, hanya sekedar menghafal. Membaca yang dimaksud di sini adalah benar-benar untuk mengerti, memahami dan menikmati isi buku. Jika anda ingin menjadi seorang kolomnis maka banyaklah membaca opini di media massa. Jika anda ingin menjadi seorang novelis atau cerpenis maka banyaklah membaca novel dan cerpen yang memungkinkan anda ani mencerna, menikmati dan meniru isinya. Agar bisa menulis, usahakanlah banyak membaca. Hanya perlu dicatat, mulailah dengan membaca sesuatu yang mudah dimengerti dan sesuaikan dengan jenis tulisan apa yang ingin anda tekuni.
Misalnya anda ingin menjadi seorang cerpenis remaja. Maka banyaklah membaca cerpen-cerpen remaja di majalah remaja maupun di dalam buku kumpulan cerpen. Perhatikan bagaimana cara penulisannya dari awal hingga akhir dan bagaimana penulisnya mengelola konflik remaja dalam bentuk cerita menarik. Karya orang lain penting untuk dijadikan referensi bagi seorang pemula.
Mulailah Dengan menulis Cerpen Singkat.
Banyak orang yang mengeluh, bahwa ia sudah banyak membaca novel dan cerpen tetapi tidak juga bisa menulis sebuah cerpenpun. Ada juga yang mengatakan apabila ia paling pandai bercerita lisan kepada temannya namun amat sulit menuangkan ke dalam bentuk tulisan.
Mulailah dengan menulis cerpen yang singkat dan semanpu ada menulisnya. Sebaiknya tidak usah dulu mengacu pada standar penulisan cerpen di majalah atau ketentuan dalan lomba. Semakin sering mencoba menulis cerpen, dengan gaya seperti apapun, kita akan semakin terbiasa dan menguasai teknik menulis cerpen. Apalagi diringi dengan membaca dan meminta bimbingan khusus dari seseorang yang sudah mahir menulis.
Latihan dengan metode “plagiat”
Cara ini adalah dengan Menulis Ulang Karya Orang Lain. Ingat, ini hanya untuk latihan sebaiknya tidak dipraktekkan untuk keperluan yang lain.
Pertama-tama kita pilih dulu tulisan orang lain yang kita anggap menarik. Misalnya sebuah cerpen yang berjudul Aku Lemah Karena Cinta. Kemudian kita menulis ulang karya itu dengan ketentuan sebagai berikut: anda bebas mengedit dan ‘memodifikasi’ naskah itu sesuai dengan kehendak anda, silahkan ganti juga nama tokohnya dan ubahlah judulnya, misalnya menjadi Jangan Berikan Aku Cinta. Atau kalau anda bisa, balikkanlah cerita itu sehingga judulnya menjadi Ku Tegar Karena Cinta.
Cerita asli yang seharusnya sedih cobalah diputarbalikkan sehingga menjadi cerita gembira (happy ending). Banyak orang yang latihan dengan cara ini dan lama kelamaan berhasil menulis cerpen secara mandiri.
Metode ini akan membuat kita menguasai anatomi (bagian-bagian) cerita, cara menempatkan penanda, cara memulai, cara menggunakan kalimat sambung, variasi kata dan juga bagaimana sih cara ‘mengganggu’ pembaca dengan kejutan-kejutan. Saya sendiri, pertama kali menulis sebuah artikel di sebuah media massa dengan metode ini. Waktu itu temanya sudah diatur oleh media yang bersangkutan yaitu tentang konsep ideal tentang gerakan mahasiswa. Saya menemukan sebuah artikel bagus dan langsung saya modifikasi. Judul artikel itu saya ubah, kemudian paragrafnya saya ubah dengan bahasa saya sendiri dengan tema yang masih seperti aslinya dan, artikel itu dimuat oleh media massa setelah menyisihkan banyak saingan mahasiswa. Waktu itu saya memang tidak tahu bahwa metode seperti ini tidak bagus untuk praktek langsung untuk di media. Tetapi sebenarnya cara ini boleh saja asalkan hasil ‘modifikasinya’ tidak mirip-mirip banget.
Menulis Kilat Dengan Metode Merekam.
Banyak penulis (termasuk saya) awalnya merupakan seorang yang sangat merasa kesulitan menulis artikel apalagi yang temanya sudah di atur-atur. Pernah suatu kali ada kompetisi menulis artikel di media massa yang melibatkan ribuan mahasiswa. Artikel itu hanya akan memuat dua artikel setiap hari dengan tema yang sebelumnya sudah ditentukan, waktu itu temanya pendidikan. Dua kali saya kirim artikel itu tidak dimuat alias di tolak. Segera saya temukan kelemahan saya, ternyata saya tidak memiliki argument yang lebih baik untuk mendukung naskah artikel tersebut.
Kemudian saya mencari akal, saya menemui seorang senior yang paling jago dalam hal diskusi dan saya mengajaknya berbincang-bincang tentang pendidikan. Harus saya akui ia amat menarik bicaranya dan kosakatanya luas. Sejam kemudian saya membaca ulang catatan kecil hasil diskusi sambil mengingat perkataannya yang masih terekam dalam ingatan saya. Sebentar kemudian jadilah dua artikel. Kemudian saya kirim dua-duanya, satu pake nama teman. Dua-duanya dimuat. Dari itulah saya menemukan satu metode bagus untuk belajar menulis.
“Bertahun-tahun saya belajar menulis tapi nggak bisa-bisa. Emang gimana sih caranya menulis itu?” tanya seseorang pada saya sesaat setelah mengisi sebuah diskusi tentang menulis. Saya jelaskan banyak hal dan dia terlihat tidak percaya dan berkata bahwa menulis hanya bisa dilakukan oleh mereka yang berbakat saja. Di ujung kalimatnya ia menyindir bahwa saya tak jauh beda dengan gurunya di kelas yang hanya bisa teori dan teori.
“Kamu serius ingin menjadi penulis?” tantang saya dengan sedikit kalap.
“Iya,” sambutnya ketus sekali, “tapi, sekarang kayaknya udah putus asa.”
“Boleh tau apa yang ingin kamu tulis?”
“Cerpen. Saya punya satu kisah yang menurut saya paling menarik. Saya ingin membagi cerita ini pada orang lain.”
Dari cara ngomongmu, kamu punya bakat besar menjadi penulis, bego!, “Tentang apa?”
“Kisah cinta.” Jawabnya. Dasar AbG!
Saya ajak dia ke sudut, “Boleh saya mendengar sedikit ceritamu?” Jangan tanya kenapa!
Dia lalu bercerita dengan singkat tentang kisahnya dan memang seru. Setelah itu saya memberitahukannya bahwa saya merekam semua ceritanya dengan ponsel dan saya meminta waktu sebentar untuk menuliskannya ke dalam kertas.
Setelah itu saya edit, ditambah dan dikurangi serta didramatisir sehingga jadilah sebuah cerpen yang menarik. Metode ini bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk menulis cerpen. Jangan dulu berpikir bahwa cerpen kita tidak bagus atau tidak menarik. Semua kisah masing-masing memiliki keunikan dan daya tarik yang berbeda. Jadi, kalau ada orang yang mengeluh susahnya menulis padahal ia bisa mengarang cerita, maka latihlah dengan metode ini. Nanti kalau sudah terbiasa, anda cukup mendengarkan temanmu bercerita dan anda akan segera bisa menyulapnya menjadi cerpen atau artikel. Kalau masih belum puas hasilnya, diskusikan dengan orang yang udah lebih dulu pandai mengarang. Yang pasti jangan berhenti mencoba, kan sayang kalo kisah indahmu tidak pernah ditulis sama sekali.
Teori Dalam Pelajaran Bahasa Tetap Penting.
Bagaimanapun juga pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dan kampus tetap penting untuk membantu kita menjadi penulis. Dalam menulis biasakanlah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama untuk penulisan artikel. Waktu menjadi juri lomba cerpen pelajar, banyak sekali saya temui naskah cerpen yang salah menempatkan tanda (titik, koma, tanda petik dst). Ada juga cerpen yang menggunakan bahasa singkatan yang tidak dimengerti. Minatilah pelajaran bahasa sehingga anda benar-benar menguasainya.
Segera Catat Inspirasi Yang terlintas.
Seringkali ide dan inspirasi itu datang pada waktu yang tidak terduga dan kalau kita tidak mencatatnya bisa jadi kita akan lupa dan hal itu belum tentu akan datang lagi. Saya menyarankan biasakan membawa buku kecil ke manapun anda pergi. Atau bisa juga ide yang datang tiba-tiba itu dicatat melalui ponsel dan direkap ulang di dalam buku pada saat anda sempat.
Pastikan pada saat yang tepat anda akan menulis ide itu ke dalam bentuk tulisan yang utuh. Usahakan juga, kalau anda mendengar sesuatu (kosa kata menarik, tema, judul, kalimat indah, kata mutiara dll) dari orang lain, segera catat sebab itu akan membantu perbendaharaan kata anda di dalam menulis. Saya sendiri mendapatkan banyak manfaat dari cara seperti itu. Usahakanlah punya satu buku khusus untuk mencatat hal-hal singkat yang mengingatkan anda pada tema tulisaan (kamus pribadi), misalnya ide tulisan yang hendak dijadikan cerpen, inspirasi yang kemarin malam muncul sebelum tidur, daftar novel yang ingin ditulis, daftar nama tokoh dalam cerpen yang menarik, cuplikan deskripsi dalam sebuah novel yang ingin anda baca berulang-ulang saking bagusnya, dan seterusnya.
Pelajari Karakter Teman Di Sekitarmu
Ada banyak karakter manusia yang diulas dalam satu cerita. Kita tahu bahwa manusia memiliki karakter yang berbeda. Hal ini memberi kita pelajaran penting dalam menulis. Menulis cerpen akan lebih mudah (terutama dalam mendiskripsikan tokoh dan membuat adegan dialog) jika kita menjadikan orang yang kita kenal sebagai referensi. Misalnya begini, dalam cerpen kita ada tokoh antagonis yang cerewet, pemuja penampiran dan suka anill. Carilah diantara teman di pergaulanmu yang iker iki sikap demikian dan perhatikan bagaimana gaya bicarannya, pilihan kalimatnya dan intonasinya. Contoh lain, dalam cerpen ada tokoh baik, penyabar dan jujur. Perhatikan di sekeliling adakah temanmu yang memiliki sifat demikian? Jika ada perhatikan cara bicaranya, sikapnya, kesukaannya.
Sehingga ketika ingin menggambarkan kepada pembaca bagaimana sih sosok tokoh baik itu, maka anda akan dimudahkan oleh teman yang baik tadi sebagai referensi. Hal ini akan membantu untuk mendiskripsikan karakter orang. Sebab, dalam sebuah cerita, pasti akan mengulas sifat. Ada yang baik, jahat, nakal, penyabar, curang, gagah, centil, penggoda, penggombal, pembohong dan seterusnya. Karakter seperti itu ada di sekeliling kita. Tinggal comot saja mereka sebagai tokoh dalam cerita.
Buatlah Kerangka Cerita
Dalam pelajaran bahasa sering kita dianjurkan untuk membuat kerangka karangan. Hanya saja metodenya cukup formal dan sulit dijadikan acuan dalam mengarang. Menurut saya, bikinlah kerangka cerita itu sesuai dengan kebiasaan dan gaya anda sendiri misalnya, ingin menulis sebuah cerpen tentang persahabatan dengan seseorang. Anda harus mencatat dulu apa aja sih yang ingin anda ceritakan? Kisah persahabatan itu dengan siapa? Sisi menarik apa dalam kisah itu? Apa saja kesan anda terhadap dia? Kenyataan persahabatan apa yang terjadi dengannya? Bagaimana akhir dari kisah itu dan apa harapan anda dalam persahabatan dengannya.
Contoh kerangka sederhana untuk membuat cerpen, katakanlah temanya ‘berpisah’ dengan seorang sahabat:
Kisah persahabatan dengan si A
Awalnya bertemu dalam sebuah acara
Pernah bertengkar hebat karena beda pendapat
Dia sebenarnya sahabat yang penuh pengertian
Dia jadi teman special.
Akhirnya berpisah untuk selamanya karena satu sebab.
Kemungkinan judulnya: Selamat Jalan Sahabatku atau Rinduku Tak Pernah Berakhir atau sepucuk surat untuk sahabat atau Entah Kapan Engkau Kembali dan seterusnya. Biasakan membuat beberapa alternatif judul untuk cerpenmu. Semakin menarik judulnya, semakin memancing orang untuk membaca ceritamu. Judul ibarat wajah, kalo cakep orang mudah jatuh hati.
Dari kerangka sederhana dan acak di atas tinggal anda susun dalam bentuk cerita. Untuk tahap permulaan, tuliskan saja cerita tersebut berdasarkan ingatan yang ada dalam pikiran dan mengacu pada kerangka karangan. Nanti setelah selesai baru di edit lagi agar lebih menarik.
Latihan Menulis Dialog
Cerita pendek seringkali dibuka dengan narasi atau deskripsi tempat atau orang. Dalam latihan menulis kita harus membiasakan diri diselingi dengan dialog antar tokoh. Kalimat dialog itu juga harus disesuaikan dengan karakter usia dan topik pembicaraan si tokoh. Kalo tokohnya seorang guru fisika yang sedang ngajar nggak mungkin pake bahasa gaul ala sinetron yang serba abu-abu, kalau tokohnya seorang galak kemungkinan bahasanya ketus dan kasar. Selain itu perhatikan juga variasi keterangan dialog, misalnya:
“Aku sayang sama kamu.” Bisik cowok itu yang membuat jantung Diva seakan berhenti berdetak.
Anda bisa merubahnya menjadi:
“Aku,” Cowok itu berbisik pelan di dekat telinga Diva, “sayang sama kamu.”
Bisa juga diubah menjadi:
Cowok itu merangkul Diva dan berbisik pelan di antara gemerisik flamboyan yang diterpa angin malam, “Aku sayang sama kamu.”
Itu adalah contoh variasi dialog. Masih ada lagi jenis keterangan dialog yang perlu diperhatikan yang harus disesuaikan dengan adegan, misalnya:
“Jangan tinggalkan aku.” Pinta Ratu lirih. Atau bisa juga dengan: Ratu memohon pada cowok itu agar tidak meninggalkannya sendirian.
“Jangan coba-coba dekati aku lagi!” hardik Diva dengan muka merah padam. Atau bisa juga dengan: Dengan muka yang merah padam Diva menghardik cowok itu agar tidak berusaha lagi mendekatinya.
“Aku berharap kita akan selalu bersama selamanya.” Ucap perempuan itu. Atau juga bisa, “Aku berharap kita akan selalu bersama, selamanya.” Desis perempuan itu memecah keheningan malam.
Ada juga variasi seperti ini: “Kalau saja aku mau jujur, “ kata lelaki itu pada kekasihnya tanpa ada kesan bercanda, “sebenarnya aku tidak pernah mencintaimu,” sejenak ia terdiam, “sehebat saat ini” Kita harus bisa mengganggu pembaca dengan berbagai variasi yang seolah-olah aneh padahal pesan kita pada pembaca biasa-biasa saja.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan:
-Pandai Mendramatisir cerita.
-Banyak menguasai kosa kata.
-Memasukkan unsur-unsur baru yang lain dari yang lain.
-Jangan terikat oleh ketentuan bahwa panjang cerpen harus sekian halaman (ada cerpen yang Cuma 3 halaman dan ada yang sampai 25 halaman).
-Bimbingan Langsung Pada Penulis
Hal ini yang paling cepat membuat anda mahir menulis. Anda bisa menulis dulu satu naskah cerpen kemudian anda konsultasikan dengan penulis yang anda kenal, dan mintalah agar naskahmu di edit dan dikemas dengan lebih baik. Dengan begitu kamu bisa langsung mengetahui kelebihan serta kelemahan tulisannya. Saya sendiri sering membantu memperbaiki naskah cerpen para pemula dan akhirnya mereka berhasil menembus media massa dan memenangkan berbagai lomba cerpen. Untuk kebutuhan pelajaran menulis, pembaca (khusus pemula) bisa mengirimkan naskahnya (cerpen singkat) ke e-mail penulis dan penulis akan berusaha mengirimkannnya kembali sesuai permintaan pemilik cerpen.
Demikian sedikit tips dalam menulis. Yang pasti jangan berhenti untuk belajar dan mencoba. Kalau di negeri ini ada ribuan penulis sukses yang benar-benar mulai dari nol, kenapa kita tidak segera menyusul mereka?